Sekira kurang lebih dua tahun yang lalu tepatnya awal tahun 2015, saya memutuskan untuk mengikuti open trip perjalanan menuju pulau Balabalagan sendirian lohh? *eh kok namanya asing ya?? iya bisa jadi karena pulau ini jarang diekspos di media cetak maupun elektronik. Awal mula saya pergi kesana ialah karena mendengar cerita tentang pulau Balabalagan ini dari seorang rekan kerja sewaktu masih bekerja di Airport Sepinggan Balikpapan dulu. Dari cerita dia & dari bekal browsing di internet yang waktu itu masih sangat sedikit sekali informasi tentang pulau Balabalagan ini, ditambah lagi kebanyakan foto-foto yang tertera pada situs website tentang pulau Balabalagan ini cuman comot dari internet, bukan hasil jepretan amatiran pengunjung. Selain itu saya juga sudah diperingatkan soal tidak adanya listrik di pulau itu, jarak tempuh yang cukup jauh, tidak ada jaringan komunikasi seluler, fasilitas yang terbatas, sarana transportasi publik menuju pulau itu juga tidak ada (ini bener, hanya perahu/kapal nelayan saja yang akan membawa kita kesana, tidak ada fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah).
Kesemua keterbatasan diatas semakin membuat saya penasaran untuk menjelajahi pulau Balabalagan ini. Niatnya sih ingin kabur di akhir pekan, mencoba menikmati hidup ditengah kesibukan kerja & kuliah. Sesaat sebelum berangkat saya mencoba nego dengan teman kerja untuk tukar jadwal (*jangan ditiru ya) saya juga mencoba menyelesaikan pekerjaan yang akan saya tinggal untuk beberapa saat, hehe maklum jatah cuti sudah terpakai. Setelah jadwal kerja dan jadwal kuliah telah dipastikan dapat ditinggal untuk beberapa hari kedepan maka saya memutuskan untuk mengikuti open trip ini. Thanks God, penyedia open trip ini menerima payment last minute.
Pulau Balabalagan ini pada saat itu belum masuk didalam Google Maps, tapi saat ini sudah ada. Bayangin dong betapa minimnya informasi pulau Balabalagan pada saat itu. Pulau Balabalagan ini terletak di Selat Makassar antara daratan pulau Kalimantan & Sulawesi, secara administratif Pulau Balabagan masuk kedalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat dengan Ibukotanya Mamuju, namun secara jarak & waktu tempuh Pulau Balabalagan lebih dekat dengan daratan Provinsi Kalimantan Timur. Itulah sebabnya warga Pulau Balabalagan kebanyakan dan lebih suka berbelanja kebutuhan bulanan, berobat dan bahkan melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi di kota-kota Provinsi Kalimantan Timur seperti kota Balikpapan, kota Samarinda, Kab. Penajam Paser Utara hingga Kab. Penajam. Loh kok bisa? iya, karena jarak tempuh yang lebih dekat ke Kaltim daripada ke Sulbar sehingga tidak membutuhkan banyak pemakaian bahan bakar diesel untuk kapal mereka (warga sana rata-rata punya kapal pribadi lohh untuk transportasi & melaut tentunya, keren meeen). Namun, untuk urusan administrasi mereka pasti berlayar menuju Sulbar.
Beberapa hari sebelum keberangkatan kita mendapat informasi dari panitia pelaksana open trip bahwa mereka menerima sumbangan buku-buku pelajaran SD baik bekas maupun baru, buku mewarnai, buku cerita, baju layak pakai, seragam layak pakai, alat tulis, mainan anak-anak bahkan sembako untuk nanti kita berikan bagi anak-anak warga Pulau Balabalagan. Menurut kisah panitia, di pulau tsb kondisi bangunan sekolahnya memprihatinkan ditambah lagi tenaga pengajar sangat minim sekali. Jadi perjalanan ini tuh ga cuman senang-senang hura-hura juga, tapi juga sambil berbagi untuk adik-adik kita yang ga seberuntung kita yang tidak ada keterbatasan dalam pendidikan. hehe
Ohya open trip ini berdurasi tiga hari empat malam dengan keberangkatan hari Kamis malam jam 21.00 dan kepulangan hari Minggu siang jam 13.00. Setelah mendapat jadwal yang fix dari panitia bahwa keberangkatan akan dimulai dari dermaga pelelangan ikan Manggar, fiuhhh syukurlahhh berangkat dari sana, karena sebelumnya saya melakukan riset kecil-kecilan kebanyakan open trip berangkat dari dermaga Kampung Baru Tengah atau dari dermaga desa Lori Kab.Paser. Dengan ditentukannya keberangkatan dari dermaga pelelangan ikan Manggar, saya lebih diuntungkan, karena jaraknya lebih dekat dari tempat kerja & tempat tinggal yang berada dikawasan Sepinggan. Siang hingga malam hari masih bekerja setelah itu saya pulang kerumah sebentar untuk berganti baju & membawa tas yang berisi keperluan sehari-hari selama di Pulau Balabalagan.
Setelah berganti baju dan meluncur ke dermaga pelelangan ikan Manggar, terlihat panitia sibuk mempersiapkan keberangkatan & keperluan logistik untuk keperluan selama open trip di Pulau Balabagan.
Saya terkejut melihat kapal yang akan ditumpangi dan sempat agak ragu juga akankah kapal ini sanggup mengantar rombongan? Namanya juga kapal nelayan, sehingga kapal ini sangat terbatas fasilitasnya, tidak ada toilet, tidak ada penerangan, tidak ada ruang tidur, tidak ada dapur, semuanya memanfaatkan ruang yang terbatas diatas kapal alias pintar-pintar penumpang untuk mencari posisi yg nyaman.
Setelah mengahbiskan jatah konsumsi makan malam berupa nasi goreng yang disediakan oleh panitia, tibalah kita menaiki kapal tsb. Namanya juga dermaga pelelangan ikan, tidak didesain sebaik dermaga pelabuhan penumpang, jadi perpindahan barang & manusia ke kapal tsb ala tarzan gitu, lompat sana lompat sini dari kayu-kayu pondasi dermaga. Yang cowok-cowok sih ga ada masalah yaa, gesit lincah gitu, nah yang agak ribet itu cewek-ceweknya, duhh sudah barang bawaan banyak banget, salah kostum pula (kayak mau ngemall) pake heels & tas tangan. What???
Oke lanjut ke cerita lagi. Setelah semua penumpang sudah berada diatas kapal, kita diberikan life jacket oleh panitia dan tak lama kemudian kapal mulai bergerak, seketika mulai riuh keadaan diatas kapal & dermaga pelelangan ikan, semacam acara dadah-dadah kiss bye gitu loh. Kebanyakan para penumpang diatas kapal sibuk dengan gadget masing-masing (update sosial media, berselfie, dsb). Ketika kapal mulai menjauhi kota Balikpapan, sinyal telekomunikasi seluler mulai menghilang, dan kita semua mulai terbungkus gelapnya malam.
Setelah benar-benar menjauh dari kota Balikpapan dan berada ditengah lautan yang saya pun tidak tahu dimana persisnya. Langit semakin gelap, benar-benar gelap dan bintang-bintang gemerlapan diatas langit, begitu jelas terlihat. Rembulan kala itu tertutup awan, ah mirip seperti film Life of Pi yang terkatung-katung ditengah lautan. Semakin sadar bahwa kita ini manusia yang tidak ada apa-apanya dibanding alam semesta. Dan juga saya perhatikan bahwa terdapat kelap-kelip di dalam air laut yang rupanya merupakan plankton (saya diberi tahu oleh pengemudi kapal) kalau didarat seperti kunang-kunang lah. Ohya pengemudi kapal ini membawa serta anak perempuannya yang masih kecil untuk membantu operasional (iya bener anak perempuan lo, cekatan & lihai dalam bekerja). Sedikit penasaran saya tanya kepada pengemudi kapal darimana dia tahu arah yang kita tuju ini benar, secara saya perhatikan tidak ada peta, tidak ada kompas apalagi GPS, ditambah lagi kita tidak dapat melihat di sekeliling kita (gelap gulita). Beliau menjawab sudah biasa pakai insting dan lihat bintang dilangit, pasti tidak akan salah jalur (wihhh benar-benar seorang pelaut mennnn nenek moyang bangsa Indonesia).
Okey, karena perjalanan menuju pulau Balabalagan malam itu melawan arus laut, maka perkiraan tiba di lokasi meleset jauh dari yang diperkirakan delapan jam perjalanan menjadi dua belas jam perjalanan. Satu lagi, ditengah malam tiba-tiba cuaca mendadak berangin kencang & hujan deras!! Sontak saja kita mengamankan barang masing-masing, saya sih lebih dulu mengamankan gadget biar ga kebasahan, sayang kan kalo Hp kena air, ga bisa foto-foto dong entar di pulau Balabalagan? Panitia rupanya sudah mempersiapkan peralatan jika terjadi hujan, kami diberi terpal untuk berteduh, yah lagi-lagi namanya juga kapal nelayan, mana ada fasilitas berteduh, jadi terpaksa kami bergotong-royong menahan ujung-ujung terpal agar tidak terbang ditiup angin kencang. Mana ngantuk, lapar, kedinginan, ketambahan lg harus menjaga terpal yang bergerak-gerak ditiup angin. Disaat-saat genting seperti ini biasanya manusia sanggup mengeluarkan kemampuan maksimal. Belum lagi jika ingin buang air kecil, repot! (khan ga ada toilet) Kita harus pergi ke bagian belakang kapal dan langsung buang air ke lautan bebas, horeee... I feel freeeee. Nah kalo untuk BAB, saya rasa sih semua penumpang sepakat menahan hingga tiba di pulau Balabalagan. Tapi saya sendiri sih tidak merasa ingin buang hajat tuh, mungkin karena kondisinya begitu, jadi perut ini bisa mengerti lah ya, hehe.. good tummy.
Benar kata pepatah habis gelap terbitlah terang, setelah semalaman diterjang angin kencang & hujan deras, dini hari pun tiba, cahaya keemasan kilau kemilau sang surya benar-benar indah ya? Lautan semakin jelas terlihat dan angin pun tidak seganas semalam. Perut ini lapar banget tp mau diapakan lagi? Mau makan ga ada yg bisa dimakan, mau masak tp kompor minyak tanahnya kebasahan kena air hujan, yaudah terpaksa ditahan. Tohh juga pada ga ada yang makan kok, tapi ada juga sih satu-dua penumpang yang berbaik hati berbagi roti. hehehe.
Euforia kesenangan karena hari yang baru telah tiba tak berlangsung lama, karena perjalanan masih jauh lagi, setiap kali saya tanya pak pengemudi kapal (eh ga tau ya apakah bisa dibilang nahkoda kapal?) pasti jawabannya bentar lagi kok, yah harap maklum kalau kondisi begini tidak ada patokan waktu yang jelas seberapa lama lagi kah? entah 1 jam lagi, 2 jam lagi, 3 jam lagi, entahlah.. disaat kondisi seperti ini aku pikir sebagai alat untuk melatih kesabaran diri, menjaga emosi dan tak kalah penting ialah rasa percaya kepada seseorang (asing) lain yang dalam hal ini aku percaya pada pak pengemudi kapal ini pasti akan sanggup membawa kita dengan selamat ke tempat tujuan dengan baik.
Dalam hati ini sempat mengomel & mengeluh kapan ini sampainya. Ohya karena saya berangkat sendirian, maksudnya sendiri tanpa temen-temen yang saya kenal, jadinya saya ya cuman berdiam diri sambil sesekali ikut tertawa atau sekedar menimpali celetukan peserta lainnya. Masih pada jaim gitu, kan masih awal perjalanan jadi antara peserta open trip ini masih belum terlalu membaur satu dengan lainnya. Sedikit tambahan, peserta acara open trip kali ini tidak cuma dari kalangan mahasiswayang frustasi tugas akhir lohh, ada pekerja swasta muda, pelajar sekolah (ini bolos sekolah gak sih?), bankir, agent asuransi, event organizer dan juga ibu rumah tangga ditambah anak-anak mereka.... keren kan? bagus lah sekarang masyarakat kita mulai sadar pariwisata, kalau jaman dahulu kan orang kita tuh jarang yang pergi jauh-jauh ketempat antah berantah gini, mungkin ini karena efek positif dari tayangan tv swasta nasional tentang travelling & tentang keindahan alam bumi pertiwi. *good good good.
Setelah kira-kira jam 10 pagi, pulau Balabalagan yang kami tuju mulai menampakkan dirinya, wihhhh pada heboh lagi para penumpang, udah pada pengen turun aja bawaannya. Sehabis kapal tertambat sempurna pada dermaga kayu, satu persatu panitia mulai menurunkan barang logistik juga barang pribadi peserta. Ternyata Kepulauan Balabalagan itu tidak hanya satu pulau saja loh, namun terdiri dari beberapa pulau kecil lainnya, dan kita para peserta trip sebenarnya akan bermalam di Pulau Samataha (ini juga saya tahu-nya last minute begitu kapal akan tiba di pulau yang semula saya anggap Pulau Balabagan) yang mana merupakan salah satu dari gugusan Kepulauan Balabalagan.
Keren kan pemandangan sekitar dermaga Pulau Balabalagan (Pulau Samataha)? foto diatas tanpa filter loh, semua asli hasil jepretan kamera.
Sesuai dengan judul postingan diatas (bagian 1) untuk itu sekian dulu ceritanya ya, sampai jumpa di bagian kedua klik disini, akan ada banyak cerita menarik tentang kehidupan yang tenang disana.
Daaaaaa........
Setelah berganti baju dan meluncur ke dermaga pelelangan ikan Manggar, terlihat panitia sibuk mempersiapkan keberangkatan & keperluan logistik untuk keperluan selama open trip di Pulau Balabagan.
Saya terkejut melihat kapal yang akan ditumpangi dan sempat agak ragu juga akankah kapal ini sanggup mengantar rombongan? Namanya juga kapal nelayan, sehingga kapal ini sangat terbatas fasilitasnya, tidak ada toilet, tidak ada penerangan, tidak ada ruang tidur, tidak ada dapur, semuanya memanfaatkan ruang yang terbatas diatas kapal alias pintar-pintar penumpang untuk mencari posisi yg nyaman.
Setelah mengahbiskan jatah konsumsi makan malam berupa nasi goreng yang disediakan oleh panitia, tibalah kita menaiki kapal tsb. Namanya juga dermaga pelelangan ikan, tidak didesain sebaik dermaga pelabuhan penumpang, jadi perpindahan barang & manusia ke kapal tsb ala tarzan gitu, lompat sana lompat sini dari kayu-kayu pondasi dermaga. Yang cowok-cowok sih ga ada masalah yaa, gesit lincah gitu, nah yang agak ribet itu cewek-ceweknya, duhh sudah barang bawaan banyak banget, salah kostum pula (kayak mau ngemall) pake heels & tas tangan. What???
Oke lanjut ke cerita lagi. Setelah semua penumpang sudah berada diatas kapal, kita diberikan life jacket oleh panitia dan tak lama kemudian kapal mulai bergerak, seketika mulai riuh keadaan diatas kapal & dermaga pelelangan ikan, semacam acara dadah-dadah kiss bye gitu loh. Kebanyakan para penumpang diatas kapal sibuk dengan gadget masing-masing (update sosial media, berselfie, dsb). Ketika kapal mulai menjauhi kota Balikpapan, sinyal telekomunikasi seluler mulai menghilang, dan kita semua mulai terbungkus gelapnya malam.
Setelah benar-benar menjauh dari kota Balikpapan dan berada ditengah lautan yang saya pun tidak tahu dimana persisnya. Langit semakin gelap, benar-benar gelap dan bintang-bintang gemerlapan diatas langit, begitu jelas terlihat. Rembulan kala itu tertutup awan, ah mirip seperti film Life of Pi yang terkatung-katung ditengah lautan. Semakin sadar bahwa kita ini manusia yang tidak ada apa-apanya dibanding alam semesta. Dan juga saya perhatikan bahwa terdapat kelap-kelip di dalam air laut yang rupanya merupakan plankton (saya diberi tahu oleh pengemudi kapal) kalau didarat seperti kunang-kunang lah. Ohya pengemudi kapal ini membawa serta anak perempuannya yang masih kecil untuk membantu operasional (iya bener anak perempuan lo, cekatan & lihai dalam bekerja). Sedikit penasaran saya tanya kepada pengemudi kapal darimana dia tahu arah yang kita tuju ini benar, secara saya perhatikan tidak ada peta, tidak ada kompas apalagi GPS, ditambah lagi kita tidak dapat melihat di sekeliling kita (gelap gulita). Beliau menjawab sudah biasa pakai insting dan lihat bintang dilangit, pasti tidak akan salah jalur (wihhh benar-benar seorang pelaut mennnn nenek moyang bangsa Indonesia).
Okey, karena perjalanan menuju pulau Balabalagan malam itu melawan arus laut, maka perkiraan tiba di lokasi meleset jauh dari yang diperkirakan delapan jam perjalanan menjadi dua belas jam perjalanan. Satu lagi, ditengah malam tiba-tiba cuaca mendadak berangin kencang & hujan deras!! Sontak saja kita mengamankan barang masing-masing, saya sih lebih dulu mengamankan gadget biar ga kebasahan, sayang kan kalo Hp kena air, ga bisa foto-foto dong entar di pulau Balabalagan? Panitia rupanya sudah mempersiapkan peralatan jika terjadi hujan, kami diberi terpal untuk berteduh, yah lagi-lagi namanya juga kapal nelayan, mana ada fasilitas berteduh, jadi terpaksa kami bergotong-royong menahan ujung-ujung terpal agar tidak terbang ditiup angin kencang. Mana ngantuk, lapar, kedinginan, ketambahan lg harus menjaga terpal yang bergerak-gerak ditiup angin. Disaat-saat genting seperti ini biasanya manusia sanggup mengeluarkan kemampuan maksimal. Belum lagi jika ingin buang air kecil, repot! (khan ga ada toilet) Kita harus pergi ke bagian belakang kapal dan langsung buang air ke lautan bebas, horeee... I feel freeeee. Nah kalo untuk BAB, saya rasa sih semua penumpang sepakat menahan hingga tiba di pulau Balabalagan. Tapi saya sendiri sih tidak merasa ingin buang hajat tuh, mungkin karena kondisinya begitu, jadi perut ini bisa mengerti lah ya, hehe.. good tummy.
Benar kata pepatah habis gelap terbitlah terang, setelah semalaman diterjang angin kencang & hujan deras, dini hari pun tiba, cahaya keemasan kilau kemilau sang surya benar-benar indah ya? Lautan semakin jelas terlihat dan angin pun tidak seganas semalam. Perut ini lapar banget tp mau diapakan lagi? Mau makan ga ada yg bisa dimakan, mau masak tp kompor minyak tanahnya kebasahan kena air hujan, yaudah terpaksa ditahan. Tohh juga pada ga ada yang makan kok, tapi ada juga sih satu-dua penumpang yang berbaik hati berbagi roti. hehehe.
Suasana mentari pagi di tengah laut dalam perjalanan menuju pulau Balabalagan |
Euforia kesenangan karena hari yang baru telah tiba tak berlangsung lama, karena perjalanan masih jauh lagi, setiap kali saya tanya pak pengemudi kapal (eh ga tau ya apakah bisa dibilang nahkoda kapal?) pasti jawabannya bentar lagi kok, yah harap maklum kalau kondisi begini tidak ada patokan waktu yang jelas seberapa lama lagi kah? entah 1 jam lagi, 2 jam lagi, 3 jam lagi, entahlah.. disaat kondisi seperti ini aku pikir sebagai alat untuk melatih kesabaran diri, menjaga emosi dan tak kalah penting ialah rasa percaya kepada seseorang (asing) lain yang dalam hal ini aku percaya pada pak pengemudi kapal ini pasti akan sanggup membawa kita dengan selamat ke tempat tujuan dengan baik.
Pilihan paling terfavorit dalam menghabiskan waktu ialah.... tidur |
Dalam hati ini sempat mengomel & mengeluh kapan ini sampainya. Ohya karena saya berangkat sendirian, maksudnya sendiri tanpa temen-temen yang saya kenal, jadinya saya ya cuman berdiam diri sambil sesekali ikut tertawa atau sekedar menimpali celetukan peserta lainnya. Masih pada jaim gitu, kan masih awal perjalanan jadi antara peserta open trip ini masih belum terlalu membaur satu dengan lainnya. Sedikit tambahan, peserta acara open trip kali ini tidak cuma dari kalangan mahasiswa
Setelah kira-kira jam 10 pagi, pulau Balabalagan yang kami tuju mulai menampakkan dirinya, wihhhh pada heboh lagi para penumpang, udah pada pengen turun aja bawaannya. Sehabis kapal tertambat sempurna pada dermaga kayu, satu persatu panitia mulai menurunkan barang logistik juga barang pribadi peserta. Ternyata Kepulauan Balabalagan itu tidak hanya satu pulau saja loh, namun terdiri dari beberapa pulau kecil lainnya, dan kita para peserta trip sebenarnya akan bermalam di Pulau Samataha (ini juga saya tahu-nya last minute begitu kapal akan tiba di pulau yang semula saya anggap Pulau Balabagan) yang mana merupakan salah satu dari gugusan Kepulauan Balabalagan.
Dermaga kayu sederhana Pulau Samataha |
Degradasi warna laut yang apik dan tenang tanpa ombak |
Bahkan dari dermaga pun ikan-ikan terlihat jelas berenang di dalam air |
Keren kan pemandangan sekitar dermaga Pulau Balabalagan (Pulau Samataha)? foto diatas tanpa filter loh, semua asli hasil jepretan kamera.
Sesuai dengan judul postingan diatas (bagian 1) untuk itu sekian dulu ceritanya ya, sampai jumpa di bagian kedua klik disini, akan ada banyak cerita menarik tentang kehidupan yang tenang disana.
Daaaaaa........
Komentar
Posting Komentar