Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2023

Gedung bandara lama Sepinggan Balikpapan

Kebetulan kalau berangkat atau tiba di bandara Sepinggan Balikpapan dan sedang ada waktu senggang terkadang saya iseng sekedar mampir ke gedung bandara lama. Letaknya persis disebelah gedung yang baru. Kenangan lorong lorong ukiran kayu di bandara ini membawa ingatan dulu saya pernah dilepas orangtua untuk melanjutkan sekolah di Pulau Jawa. Gedung bandara lama banyak menggunakan aksen khas Kalimantan yaitu ukiran kayu Ulin motif Dayak. Kearifan lokal sangat terlihat di bangunannya. Langit-langit terbuat dari papan kayu, tiang utama apalagi. Syukurlah pemerintah Kota Balikpapan memutuskan untuk tetap menjaga gedung bandara lama supaya tidak dibongkar.  Nilai historis dan seni-nya sangat bernilai. Dulu gedung lama bandara ini begitu megah, namun apalah daya, semakin jaman berkembang gedung tsb tak lagi mampu menampung kapasitas penumpang yang datang dan pergi dari Sepinggan Balikpapan. Gedung bandara yang baru nampak lebih modern dari segi arsitektur dan ornamennya.  Agak disayangkan sih

Sembahyang arwah agama Shinto Jepang di Balikpapan

Sebagai tempat bersejarah Perang Dunia ke II dan perang kemerdekaan, maka di Kota Balikpapan juga memiliki beberapa tempat bersejarah yang menyimpan jejak sejarah di masa lampau. Makam Jepang di pinggir pantai kawasan Lamaru merupakan warisan peninggalan untuk mengenang tentara Jepang yang gugur saat era perang Dunia ke II dan perang kemerdekaan. Saking banyaknya jumlah orang yang meninggal dari pihak Jepang, maka pemerintah Jepang mengabadikan warga yg gugur tsb dalam bentuk makam. Entah apakah makam ini benar menyimpan abu atau jenazah warga Jepang, atau hanya sebagai tempat simbolis penghormatan kepada arwah yg gugur. Menariknya, kadang masih ada loo warga Jepang yang hadir ke Balikpapan untuk ke makam ini, biasanya keturunan anak cucu dari mereka tentara Jepang yang pernah bertugas di Balikpapan. Pendeta Shinto juga ikut datang dan melakukan ritual sembahyang arwah, persis seperti dalam film film Jepang. Makam Jepang ini masih terawat dan kondisinya baik. Taman di dalam makam juga

Bercocok tanam nanas depan rumah

Iseng, setiap beli Nanas, mahkotanya yaa langsung ditanam, karena sayang dibuang begitu saja. Kalau tumbuh yaa syukur, kalau tidak ya gapapa. Ehh malah sudah sekian bulan akhirnya bertumbuhlah Nanas tersebut. Kan jadinya senang melihatnya. Apalagi ada yang sudah berbuah. Subur terus ya nanas nanas ku, semogalah nanti bisa kesampaian punya kebun nanas. Nanas yang kutanam Sudah mulai berbuah 

Stasiun Kereta Api Tugu Jogja, berfoto dulu

Ketika itu saya mengunjungi Jogjakarta dalam rangka menghadiri pernikahan adik saya, tentu saja selesai acara resepsi yaa waktunya berjalan-jalan. Sebenarnya ini termasuk wilayah tengah pusat kota Jogja sih, tepatnya stasiun Tugu Jogjakarta. Biasanya saya cuma bisa melihat dari kendaraan, namun kini saya dapat mampir berhenti sejenak karena mengantarkan keluarga besar kembali ke Surabaya dengan menggunakan kereta api. Enak ya hidup di pulau Jawa, transportasi pilihannya sangat beragam, mau deh naik kereta api juga tapi sayang di Kalimantan belum ada transportasi kereta api. Sudah saaaah ke Jogja  

Rumah kosong (lagi)

Rumah kosong selalu membawa kesan ngeri, angker dan cerita mistis lainnya. Tak terkecuali ketika saya berada di sebuah kawasan rumah kosong perumahan elit. Sisa-sisa kejayaan masih berdiri, namun kini menjadi puing-puing yang entah kenapa menyedihkan sekaligus membuat merinding jika kita mengamati berlama-lama sudut jendela bagian dalam rumah kosong tersebut. Seperti ada yang mengawasi, entah karena terbawa mindset, atau memang nyata, entahlah. Puing-puing atap Tuhh apa ga merinding disko Jendela yang besar, mengundang ekor mata untuk menatap sudut-sudutnya Nahh bagian depannya aja begini, masih mau ga masuk ke dalam? Sejujurnya tanaman hias ini cantik looo

Gereja Katedral St. Francis Xavier, Keningau, Sabah Malaysia

Ketika berada di Keningau, Sabah, maka saya lantas tak lupa mencari informasi tentang Gereja Katolik setempat dari istri. Ia tentu saja mengenalkan dan mengajak saya pergi beribadah di Gereja Katedral St. Francis Xaxier yang ada di tengah bandar Keningau.  Ia bernostalgia dengan Gereja ini, masa kecil dan masa sekolahnya dihabiskan pada tempat ini. Misa pada Gereja ini memang ada yang menggunakan bahasa Melayu, bahasa Inggris, dan bahasa China. Saya tentu saja memilih layanan berbahasa Melayu. Lagu-lagu untuk ibadah banyak diambil dari negara Indonesia dan Filipina loo, selain itu kitab sucinya menggunakan Alkitab dari Indonesia, wahh bangga yaa, produk dari negara kita dipakai oleh negara tetangga. Kebetulan saat itu adalah hari raya Jumat Agung, dan saya berkesempatan mengunjungi Gereja ini dan beribadah di dalamnya. Sepintas tiada yang berbeda namun kendala bahasa Melayu yang kadang saya bingung padanan kata dengan bahasa Indonesia tak sama. It's okay lah namanya juga pelancong.

Mampir ke Batu-Batu, Melawai, Kota Balikpapan

Sebagai kota yang ada di pesisir laut, maka Kota Balikpapan di Kaltim tentu saja memiliki beberapa spot bagus di tengah kota yang menghadap ke teluk Balikpapan. Anak-anak muda menyebut nama tempat tsb adalah Batu-Batu di Melawai, Kota Balikpapan. Terdapat secuil pasir pantai bersih dengan batu-batu karang tenang yang kalau siang sungguh asri dan sepi, tapi kini kabarnya area ini sudah diberi pagar pembatas jadi tidak bisa lagi dimasuki sembarangan orang. Beruntung kala itu saya sempat ke Batu-Batu bersama rekan kerja, kami mampir kesini untuk sekedar berfoto dan yaah hiburan sesaat sebelum menghadapi rutinitas pekerjaan yang menyita waktu dan pikiran. Seperti biasa, kala itu suasana di Batu-Batu sepi, palingan hanya ada beberapa orang yang memancing ikan. Suasana air laut sedang surut dan kami tidak berani main ke tengah-tengah, takut jeblos pasirnya.  Rekan kerja saya Ini dia spot memancing di Batu-Batu Tuh sedang surut kan airnya, rumput lautnya jadi terlihat  

Menembus hutan belantara Sungai Segah menuju kampung Punan Mahkam, Berau Kaltim

Seketika itu saya mendapat kesempatan untuk datang ke bagian hulu dari Sungai Segah yang ada di Kabupaten Berau. Nama kampung itu adalah kampung Punan Mahkam, bukan Mahakam yaa, kalau Mahakam itu adalah nama Sungai besar yang melintasi kota Samarind. Perjalanan menuju kampung Punan Mahkam kala itu saya tempuh menggunakan perahu air atau ketinting selama kurang lebih 45 menit dari Kampung Long Laai. Benar-benar alam sekitar sungai tsb masih alami, dan udaranya segar belum ada pengotor seperti di kota besar. Kadang terlihat burung-burung terbang berkelompok mencari makan, ikan yang melompat dari air sungai, bahkan biawak yang besar sedang berenang mencari mangsa. Jaringan internet belum sampai ke daerah ini, jadinya kita merasa menyatu dengan alam tanpa harus sibuk melihat gadget. Kampung Punan Mahkam ini merupakan kampung paling terakhir di hulu sungai Segah, sudah tidak ada lagi perkampungan setelah kampung Punan Mahkam. Suasana kampung tidak terlalu ramai, hanya ada 1 RT sepertinya, t

Pesona Anggrek Hitam, flora asli Kalimantan Timur

Anggrek hitam ialah flora asli dari Kalimantan Timur, tumbuh secara alamiah di dalam hutan pedalaman Kaltim. Memang tidak semua kelopaknya berwarna hitam, melainkan inti dari bunga tsb yang terdapat bintik-bintik hitam yang unik. Saat ini sudah ada beberapa pembudidaya anggrek hitam, itu artinya keberhasilan budidaya tanaman hias ini sudah meningkat, semoga saja jumlah fauna ini di alam aslinya semakin lestari. Berikut foto dari dekat bunga Anggrek hitam yang saya dapat di grup WA Balikpapan Tempo Doeloe. Bintik hitam di tengah mahkota daun yang membuatnya unik. Siang hari seperti ini bentuk bunga Anggrek hitam