Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Rumah Adat Suku Tidung Impong De Lunas Insuai di Pulau Nunukan, Kaltara

Pulau Nunukan adalah batas NKRI yang bertetangga langsung dengan Malaysia. Penjaga kedaulatan tapal batas bangsa di bagian utara pulau Kalimantan. Disini, di Pulau Nunukan adalah rumah bagi suku Dayak Tidung atau suku Tidung, yang menghuni wilayah ini dari sebelum batas negara Indonesia-Malaysia terbentuk seperti sekarang. Suku Tidung adalah suku yang tersebar di Nunukan, Bulungan, Malinau, Tarakan, Tana Tidung dan Sabah Malaysia (Tawau, Sandakan, Lahad Datu, dan sekitarnya). Di Pulau Nunukan terdapat Baloy Adat (rumah adat suku Tidung) yang baru selesai dibangun beberapa tahun lalu, yang digunakan sebagai Museum benda-benda pusaka dan sakral bersejarah, tempat pelestarian budaya dan kesenian tari, musik, dan bahasa suku Tidung. Baloy Adat Impong De Lunas Insuai nama rumah adat ini. Berbentuk rumah panggung khas Kalimantan dengan aksen cat warna kuning (warna khas masyarakat Melayu). Dapat dibilang suku Tidung ini bercorak Melayu karena terlihat dari budaya dan kesenian mereka dan ruma

Intip suasana kampung Long Laai, Segah, Berau Kaltim

Berjalan di kampung-kampung bagian hulu sungai Kalimantan ini memang mendebarkan, menempuh perjalanan lintas hutan lebat, dengan jalanan yang aduhh masih berupa tanah lempung yang sangat licin ketika hujan turun. Belum lagi harus menyusuri anak-anak sungai untuk bisa tiba di sebuah kampung tsb. Kampung Long Laai, di Kecamatan Segah, Kabupaten Berau Kaltim adalah salah satu kampung yang saya datangi. Masyarakat Dayak Gaai adalah mayoritas di kampung ini, dengan corak hidup berladang, berkebun, dsb. Kampungnya masih sangat tenang, jauh dari keramaian, jauh dari hiruk-pikuk. Waktu sepertinya berhenti berputar disini, segala kegelisahan yg ada di kota sepertinya mendadak hilang. Menyusuri jalan-jalan kampung yang terdiri dari 4 RT ini lumayan lelah juga. Banyak pemuda-pemudi kampung ini yang pergi bersekolah atau kuliah di luar kota, luar pulau. Untuk bisa ke kampung Long Laai, kami menempuh waktu sekitar 4-5 jam jalan darat dengan mobil khusus 4wd karena medan yang ekstrim. Rumah Adat di

Melipir ke sawah di Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara Kaltim.

Sebagai provinsi tujuan transmigrasi, maka tak heran banyak kampung-kampung di Kaltim yang berisi warga transmigrasi dari Pulau Jawa & Bali. Termasuk salah satunya adalah sebuah desa yang saya lupa namanya, terletak di Tenggarong Seberang, Kab Kutai Kartanegara, Kaltim. Terhampar luas sawah yg sudah ditanami padi, masih hijau belum menguning dan sawahnya telah dialiri air.  Yasudah, mumpung melintas sekalian saja berhenti sejenak untuk mampir melihat-lihat seperti apa sih suasana di tengah sawah. Padi sawah baru ditanam. Mumpung cuaca lagi adem.  

Eksplor Kampung Long Ayap Berau Kaltim, hutan tropisnya masih terjaga.

Suatu ketika diri ini mendapat kesempatan untuk pergi ke kampung di pedalaman hutan Kaltim, yaitu kampung Long Ayap, dimana warganya sebagian besar hidup dengan berkebun, berladang, menjala ikan, dan pemanfaatan hasil hutan.   Entah kenapa kalau di pedalaman rasanya matahari bersinar lebih terik daripada tempat lain, panasnya sampai ke ubun-ubun kepala. Tapi semuanya sirna ketika mendapat kesempatan untuk main di tepi sungainya, air nya dingin, jernih dan bikin ngantuk kalau kelamaan duduk-duduk di tepi sungai. Kami mendapat kesempatan untuk mengajar anak Sekolah Dasar disini, semuanya berjalan tenang dan damai, jarang sekali ada kendaraan mondar-mandir disini. Kami berjalan kaki menyusuri jalanan di kampung dan melihat-lihat suasana rumah warga, fasilitas umumnya, dan semua hal yang jarang kami lihat di kota, yaitu pohon durian dimana-mana.   Kondisi di dalam kampung Long Ayap. Udara yang panas seketika adem waktu main di tepi sungai. Mendinginkan kaki yang melepuh akibat panasnya mat

Uji adrenalin lewati Jiram / Riam di hulu Sungai Segah Berau Kaltim

Alam Pulau Kalimantan seakan tiada habisnya dibahas, mulai dari hutan tropisnya, perbukitannya, hewan eksotis, budaya pesisir dan kepulauannya semuanya menarik untuk dibahas. Kali ini adalah pengalaman menikmati arung jeram / jiram / riam ganas sungai-sungai di hulu pedalaman Kalimantan, khususnya di Berau, Kaltim. Mengarah ke hulu sungai Segah, kita akan menemukan bahwa lebar sungai akan semakin mengecil dan aliran air sungai akan semakin deras, banyak jeram/jiram/riam yang mendebarkan. Jangan takut, kali ini rombongan kami dibawa ke hulu sungai Segah dengan motoris perahu ketinting handal yg memang warga lokal dengan jam terbang tinggi, sangat hafal kondisi hulu sungai Segah. Kami yang belum pernah melihat hal ini sebelumnya tentu saja bergirang tapi tetep juga was-was takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Jiram/Riam di hulu Sungai Segah, berbahaya bagi orang yang tidak menguasai medan. Batuan sebesar ini ditengah sungai. Arus Sungainya deras sekali. Batu dinding ini dulunya sebua

Berkeliling Museum Keraton Kesultanan Gunung Tabur, Berau Kaltim

Berau, Kalimantan Timur di masa lampau merupakan tempat dari Kesultanan Gunung Tabur yang sejarahnya masih dapat dilihat sampai sekarang di museum Gunung Tabur yang merupakan replika Keraton Gunung Tabur yang pernah habis terbakar di masa lalu. Seperti wilayah Melayu lainnya, maka di Berau yang memang dihuni suku Banua Barrau banyak menggunakan warna kuning dimana-mana sebagai warna khas dan itu juga nampak di Museum Gunung Tabur ini. Di sekitar museum banyak dilihat beberapa benda seperti patung manusia yg bekerja memotong kayu, perahu naga, peninggalan meriam jaman dahulu dsb. Sayang waktu saya kesana, museum sudah tutup karena saya tiba kesorean, sudah melewati jam buka museum. Jadi saya sempat keliling sekitar museum dan berfoto diluar saja.  Semoga berikutnya saya boleh datang lagi kesini. Gambaran pekerja ketika memotong balok kayu. Sebuah sudut informatif tentang Kesultanan Berau. Lambang Kerajaan Gunung Tabur Keraton Kesultanan Gunung Tabur di Berau Kaltim. Sudut Monumen Baturu

Cantiknya Danau Galela Telaga Biru, Tobelo di Halmahera Maluku Utara

Kalau lagi di Tobelo, Pulau Halmahera di Maluku Utara cobalah mampir kesini ke danau Galela yang ukurannya sangat besar. Airnya jernih dan bersih biasa dimanfaatkan sebagai air baku rumah tangga penduduk sekitarnya. Bahkan di beberapa spot, terlihat tempat makan dengan menu ikan-ikan yang di dapat dari hasil keramba di danau Galela ini. Selain itu ada juga sih bebek-bebekan yg dikayuh kaki tapi ga dulu deh mainan itu capek. Mending duduk manja dan menikmati sajian ikan nila bakar dan pisang mulut bebek yg digoreng. Nah beruntungnya saat diriku kesana cuaca sedang mendung dan matahari tentu saja tidak bersinar secerah biasanya. Jadinya suhu udara lebih adem dan lebih nyaman berada di luar ruangan. Semoga Danau Galela ini tetap bersih, terawat dan dijaga ya kelestarian airnya supaya tetap bisa dimanfaatkan keberadaannya secara maksimal. Berfoto di danau Galela Tampak samping danau Galela Banyak keramba ikan peliharaan warga sekitar Tempat makan diatas air danau gitu, hati-hati tenggelam