Setelah berjam-jam naik mobil travel darat dari pelabuhan Pare-Pare di Sulawesi Selatan yang benar-benar menguras tenaga, perut kosong belum diisi, lapar, keringat dingin, mengantuk kurang tidur dan akhirnya saya melintasi kawasan pegunungan di Kabupaten Enrekang.
Lelah banget.
Tanda bahwa kita sudah berada di kawasan pegunungan adalah telinga yang mendadak budek.
Jalanan meliuk-liuk dan semakin menanjak maka sayapun semakin pusing.
Susah sekali tidur kalau sudah begini.
Semuanya terbayar lunas dengan pemandangan diluar jendela mobil, tampak hamparan sawah, kebun jagung berhektar-hektar, pohon pinus dimana-mana, khas sekali flora pegunungan. Hawa dingin mulai menusuk tulang, saya terbiasa hidup di kawasan pesisir pantai yang hawa udara panas maka kali ini saya harus mengadapi hawa dingin sejuk pegunungan.
Ketika masih di Pare-Pare yang adalah kawasan pesisir pantai, udaranya tentu saja panas lembap, udara angin yg kencang di Pare-Pare tentu saja dimanfaatkan dengan dipasangnya instalasi kincir angin pembangkit listrik tenaga angin.
Yahh luasnya alam Indonesia selalu membuai angan-anganku, selalu membuatku takjub bahwa betapa kecilnya manusia ternyata.
|
Toko yg rutin dikunjungi wisatawan, lengkap dan no tipu-tipu.
|
|
Buah salaknya dibungkus daun begini, kadang kena zonk, terselip buah yg terlampau masak-busuk sedikit.
|
|
Pegunungan di Kabupaten Enrekang.
|
|
Masih banyak pekerjaan perbaikan di tengah perjalanan
|
|
Biarpun sinar matahari terik, tapi hawanya tetap sejuk adem, membuatku lupa minum air.
|
|
Mabok perjalanan.
|
|
Beberapa ruas jalan terlihat longsor.
|
|
Tipikal rumah-rumah warga di Sulawesi Selatan.
|
|
Rumah panggung adalah bentuk umum rumah warga.
|
|
Gapura selamat datang di Kabupaten Enrekang.
|
|
Hamparan kebun jagung dimana-mana.
|
|
Bye Kota Pare-Pare |
Komentar
Posting Komentar