Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Bis Damri takkan terganti

Lelah Setelah menempuh perjalanan udara sekitar 2 jam dari kota Balikpapan menuju Jakarta. Dengan cuaaca yang tidak bersahabat untungnya saya dapat seat didepan. Dekat dengan awak kabin yang duduk manis didekat pintu depan. Kalau lagi flu selalu saja kupingku sumbat, budek dan tuli sementara akibat perbedaan tekanan udara di ketinggian, hal ini terus berlangsung sampai pesawat telah mendarat dengan sempurna. Menyebalkan.... Hujan di Soekarno Hatta Promosi kebudayaan Indonesia di bandara Soekarno Hatta Setelah bagasi sudah diambil kini tibalah saatnya menuju tempat lokasi yang akan dituju. Di bandara Soekarno-Hatta (CGK) Jakarta gak usah bingung mau naik apaan untuk menuju ketempat yg ingin dituju. Saya pribadi lebih senang menggunakan DAMRI jika ingin berpergian dari bandara. Tidak susah, mudah, nyaman dan murah. Toilet Airport seperti ruang ganti sepak bola Kru Batik Air Karena di Jakarta itu..... mau bayar ongkos yang paling mahal sekalipun tetep aja

Gadis Toraja

Cantik ya mereka. Salah satu yang aku suka dengan Balikpapan ialah keragaman suku-suku pendatang disini dan hidup damai berdampingan. Balikpapan bisa dibilang kota pekerja karena biasanya para pendatang kesini untuk bekerja. Jarang banget dikota ini ada yang namanya demonstrasi atau unjuk rasa, kerusuhan, perkelahian antar etnis dll.  Karena terdapat beragam suku disini maka aku beruntung dapat melihat dari dekat anak-anak Toraja dengan pakaian adatnya serta tariannya tanpa perlu jauh-jauh pergi ke Sulawesi Selatan hehe. Meski menggunakan manik-manik yang sama dengan suku Dayak namun motif dan pemilihan warna berbeda jauh satu dengan yang lainnya. Keren ya bangsa kita, memiliki banyak sekali ragam budayanya. Buatan tangan lohh manik-manik dan kain bajunya (tenun Toraja). Mereka sedang menari.

Kumpul Keluarga Lengkap

Kumpul keluarga dengan formasi lengkap. Dulu waktu masih kecil sering berantem satu dengan yang lainnya, suka iri-irian tentang barang pembelian orang tua,"kok dia dapat yang bagus?" atau "curang masa aku gak diajak jalan?" yah begitulah anak-anak. Masa kecilku habis di kota Samarinda, KALTIM. Dimulai dari cerita bahwa papa setelah menikah dengan mama pergi mengadu nasib menuju Samarinda. Mereka tidak memiliki siapa-siapa di Samarinda, itulah yang membuat kami mandiri. Terbiasa mengurus semuanya sendiri tanpa bantuan dari saudara. Karena tidak ada sanak saudara dari papa dan mama di Samarinda maka kami sebagai anak kecil pun terbiasa untuk bermain dengan teman sekolah dan teman kompleks rumah. Kami tidak mengerti rasanya bermain/kumpul bersama saudara sepupu, paman, tante, kakek & nenek. Siapa sangka selesai sekolah masing-masing dari kami pergi keluar kota untuk melanjutkan pendidikan hingga mendapatkan pekerjaan diluar kota. Kini waktu terus

Baju Barong Tagalog Pakaian Tradisional Pria Filipina

Barong Tagalog, pakaian pria nasional di Filipina. Sejarah :  Saat pendudukan lebih dari 300 tahun oleh Spanyol di Filipina (1561-1889) penduduk pria lokal Filipina wajib memakai baju yang sekarang dinamakan Barong Tagalog.  Barong Tagalog adalah baju pria berkerah yang tidak dimasukkan kedalam celana, tidak berkantung juga transparan / tembus pandang.  Baju ini dimaksudkan untuk mencegah orang Filipina menyembunyikan sesuatu dalam kantong bajunya, entah barang curian atau senjata tajam. Spanyol mewajibkan pemakaian baju ini kepada semua orang Filipina tanpa peduli tingginya jabatan mereka di masyarakat guna menunjukkan perbedaan antara orang Spanyol yang kaya raya dengan penduduk miskin Filipina.  Setelah Filipina merdeka, presiden mereka Manuel Quezon mempopulerkan pemakaian baju ini. Sebelumnya baju ini identik dengan kelas bawah. Ketika dipopulerkan oleh presiden dengan cara selalu memakai baju ini pada acara resmi kenegaraan maka baju ini pun semaki

Hamzah Batik (Mirota) Yogyakarta, tempat berburu oleh-oleh.

Sugeng Rawuh / Selamat Datang. Ketika diminta untuk mencarikan oleh-oleh dari Jogja (selain makanan) aku selalu berusaha menyempatkan diri mampir ke Hamzah Batik (Mirota Batik). Sebuah toko yang lengkap menjual berbagai pernak-pernik seperti gantungan kunci, magnet kulkas, gerabah, patung, jamu, dupa, kain batik, selendang, blangkon, sorjan, kendi, tas, topeng dan segenap pernak-pernik unik lainnya. Praja Cinha, lambang Kasultanan Ngayogyakarta. Harga sudah jelas tertera sehingga tidak perlu tawar menawar. Tempatnya nyaman dan ber-AC sehingga dalam memilih barang tidak gerah walaupun banyak pengunjung didalamnya. Nampaknya si pemilik sangat menyukai buudaya Jawa, ini terlihat dari banyaknya furnitur didalam toko yang khas Jawa seperti ukiran jendela dan pintu, bau khas dupa, uborampe (sajen dari bunga-bunga), alunan musik gending jawa, para petugas toko yang berbusana seperti busana di dalam keraton. Salah satu sudut antik. Di lantai tiga toko ini