7P / Y6 call sign for Batavia Air |
Tulisan ini aku buat sebagai pengingatku di masa depan sebelum kisah ini hilang ditelan rapuhnya ingatanku sebagai manusia. Dengan menaruhnya disini setidaknya aku bisa membaca kembali & mengingat bahwa dulu aku pernah bersusah payah merintis dari bawah. Bukan untuk menyombongkan diri namun sebagai pengingat agar supaya aku tidak lupa diri seperti kacang yang lupa kulitnya. Jika tidak aku abadikan di sini bisa saja suatu saat ingatan ini hilang atau buku diari untuk aku menulis cerita ini hilang atau aku lupa simpan dimana. Dan ketika aku membuka halaman blog ini, kuharap aku akan lebih bersyukur dimasa mendatang. Ada banyak hal yang aku pelajari disana.
Andaikata aku saat itu tidak pernah dikirim kesana, apakah semuanya sama seperti sekarang? Entahlah aku anggap itu belajar
Andaikata aku saat itu tidak pernah dikirim kesana, apakah semuanya sama seperti sekarang? Entahlah aku anggap itu belajar
Berau.......
Aku dan kamu, kita pernah beririsan satu dengan lainnya. Takdir membawaku kesana tanpa bisa aku tolak dan tanpa kusangka-sangka.
Ketika tiba desas-desus tentang pembukaan cabang baru di Tanjung Redeb Berau, semua karyawan semakin harap-harap cemas. Semua berharap agar bukan dirinya yang terpilih untuk ditempatkan disana. Semua semakin mencari-cari alasan yang pas sebagai jawaban untuk menolak penugasan disana.
Kami semua termasuk aku kala itu
berpikir bahwa Berau itu sungguh kota kecil yang sepi, tidak ada
hiburan, jauh dari mana-mana, tidak ada bioskop, mall dan segala sesuatunya mahal-mahal. Belum lagi ketakutan tidak ada sinyal untuk dapat berselancar di dunia maya.
Aku tidak pernah berpikir, bermimpi, membayangkan apalagi meminta supaya aku yang dipilih untuk mengurus distrik cabang yang baru disana. Sama sekali.
Ketika tiba harinya.... aku mendapatkan berita mengejutkan yang sangat-sangat aku takutkan.
Akulah orang yang terpilih itu. Akulah karyawan dari distrik BPN (Balikpapan) yang ditugasi pergi ke Berau (BEJ) untuk membuka & mengurus segalanya.
Saat itu aku merasa tidak tenang, gelisah, marah dan merasa dicurangi. Wajar kalau saat itu aku merasa mereka para senior sudah merencanakan semuanya. Bahwa akulah kambing yang dikurbankan agar mereka aman. Entah kenapa aku yang dipilih. Segenap aura & pikiran negatif memenuhiku beberapa hari itu. Aku menjadi semakin sensitif, selalu berpikiran buruk, murung dll. Aku merasa aku belum sanggup dan tidak mampu karena aku baru bekerja selama 2 tahun & masih ada banyak senior lainnya yang lebih mampu dari diriku.
Aku mendapat sebuah kalimat "Disini (perusahaan ini) seperti itu kalau tidak mau ditugaskan silahkan mengundurkan diri".
Mau tidak mau aku harus dan pasti berangkat. Aku bahkan sempat mendengar bahwa di perusahaan ku itu jika ada sebuah mutasi seperti itu maka hal tersebut adalah cara halus untuk memberhentikan karyawan, karena mau tidak mau karyawan terpilih itu harus pergi mutasi, jika tidak ia harus mengundurkan diri. Jika nanti karyawan tsb tidak betah ditempat penugasan maka ia tidak bisa kembali ke tempat asal sebelum ada surat keputusan dari pusat, mau tidak mau untuk kembali ke tempat asal ia harus mengundurkan diri dan membeli sendiri tiket kepulangan tanpa ditanggung sepeserpun oleh perusahaan. Ada isu bahwa karyawan yang ditunjuk untuk pindah ke tempat baru adalah karyawan yang sudah dianggap perusahaan tidak maksimal lagi / karyawan bermasalah.
Aku sendiri juga bukan asli warga Balikpapan, sebenarnya tidak ada masalah kalaupun dipindahkan ke Berau, toh tidak ada bedanya kan sama-sama jauh dari keluarga. Mungkin saat itu aku ragu akan kemampuan diriku & takut akan kesepian karena kota Berau itu kecil dan sepi.
Setelah aku sekarang kembali ke Balikpapan aku percaya ada hikmah dan pelajaran yang aku dapatkan ketika aku ditempatkan di Berau. Kemampuan beradaptasi, menjalin relasi dengan orang lain, arti persahabatan, arti kesabaran, arti perjuangan, pengharapan dan hal lainnya itu semua aku dapatkan dari pengalamanku disana. Ada sesuatu hal yang memang tidak dapat aku kendalikan seperti dengan siapa aku akan bertemu, hal apa yang akan aku temui, rintangan seperti apa yang harus aku lewati. Dan aku sudah membuktikan tentang dibalik kesusahan ada kemudahan. Itu benar.
Aku dikirim ke Berau seorang diri tanpa pernah diberitahukan apa yang harus aku lakukan dan kerjakan bahkan sekedar menguatkan hati agar tidak ragu juga tidak. Entah apa yang ada dipikiran pimpinanku dulu.
Sebenarnya bisa saja aku menolak karena saat itu aku dalam masa pemulihan sehabis tulang rusukku bergeser akibat tertimpa seorang teman ketika bermain pelunsuran di water boom. Aku tidak boleh banyak bergerak dan tidak bisa mengangkat benda berat, semuanya menyakitkan. Namun mereka tidak mempertimbangkan hal itu.
Aku tidak mempunyai keluarga dan kerabat disana. Aku tidak tahu aku harus tinggal dimana, kendaraan bagaimana dan segenap pertanyaan dasar lainnya.
Hanya ada 1 orang yang aku kenal di Berau, kebetulan dulu kami pernah bermitra kerja sewaktu ia di Balikpapan namun kini ia sudah kembali ke tempar asalnya, Berau.
Dari dialah awalnya aku diberitahukan seluk beluk kota Berau, mulai dari tempat tinggal, tempat makan, keramaian kota dsb. Padahal sekarang ia bekerja di perusahaan yang menjadi kompetitor tempatku bekerja.
Ia memberitahukan juga seluk beluk pengurusan administrasi dengan memberitahukan kemana tempat yang harus aku tuju terkait dengan kepentingan pembukaan distrik yang baru.
Awalnya aku meminjam sepeda motornya selama beberapa hari hingga akhirnya aku putuskan untuk mengirim sepeda motorku dari Samarinda menuju Berau dengan menggunakan layanan kargo darat. Bahkan teman-teman kerjanya pun semuanya bersikap sangat baik dan care, tipikal warga di kota kecil, semuanya benar-benar peduli pada kondisi seorang pendatang. Apalagi mereka tahu latar belakangku yang memang sebatang kara diBerau.
Hanya ada 1 orang yang aku kenal di Berau, kebetulan dulu kami pernah bermitra kerja sewaktu ia di Balikpapan namun kini ia sudah kembali ke tempar asalnya, Berau.
Dari dialah awalnya aku diberitahukan seluk beluk kota Berau, mulai dari tempat tinggal, tempat makan, keramaian kota dsb. Padahal sekarang ia bekerja di perusahaan yang menjadi kompetitor tempatku bekerja.
Ia memberitahukan juga seluk beluk pengurusan administrasi dengan memberitahukan kemana tempat yang harus aku tuju terkait dengan kepentingan pembukaan distrik yang baru.
Kamar kosanku dulu, sebagai pengingat bahwa aku pernah memulai dari bawah. |
Awalnya aku meminjam sepeda motornya selama beberapa hari hingga akhirnya aku putuskan untuk mengirim sepeda motorku dari Samarinda menuju Berau dengan menggunakan layanan kargo darat. Bahkan teman-teman kerjanya pun semuanya bersikap sangat baik dan care, tipikal warga di kota kecil, semuanya benar-benar peduli pada kondisi seorang pendatang. Apalagi mereka tahu latar belakangku yang memang sebatang kara diBerau.
Mereka menerimaku sebagai seorang pribadi bukan sebagai seorang karyawan kompetitor yang akan melakukan survey. Yah padahal memang maksud kedatanganku ialah sebagai perintis dalam membuka distrik yang baru, ekspansi perusahaan.
Hari-hari pertama tiba di kota Tanjung Redeb, Berau Kaltim. |
Sungguh dikota inilah aku merasakan apa itu nilai persahabatan yang tulus.
Saat istirahat di sales office Batavia Air Berau. |
Ketika aku kesusahan mereka selalu mencoba membantu mencarikan solusinya.
Ketika mereka mengadakan acara syukuran / acara keluarga aku selalu diundang.
Ketika mereka ada acara makan-makan atau lagi karokean aku juga diundang.
Ruang Tunggu Bandara Kalimarau : Yuli Avsec, Akum Rindha, Jumi & Mbak Inne Informasi Bandara Berau. |
Dua tahun lamanya aku ditempatkan di Berau.
Tidak selamanya yang aku takutkan pasti terjadi.
Banyak yang bilang aku pasti tidak akan betah berlama-lama disana. Mereka SALAH. Aku mampu bertahan selama dua tahun dengan kondisi yang seadanya.
Aku mampu beradaptasi pada lingkungan yang sama sekali baru.
Aku mampu menjalin pertemanan dengan orang baru yang sama sekali tidak aku kenal sebelumnya.
Kepala Bandara terbaik yang pernah aku temui, 2 dari kiri : ibu Rindu |
Aku percaya ada hal yang harus aku dapatkan dan pelajari di Berau sebagai bekal kehidupanku dimasa mendatang. Pasti bukanlah sebuah kebetulan kenapa aku bisa disana.
Sekarang aku sudah kembali lagi ke kota asal dan ketika aku membayangkan lagi masa-masa dua tahunku disana membuatku kembali bernostalgia.
Aku tahu rasanya sangat berharap seperti apa ketika disana, apa artinya berjuang, apa artinya bertahan ditengah cemoohan.
Terimakasih Y6-BEJ, Jos, Eming, Ratna, Rindha, Memet, Hendri Liauw, Naomi, Amila, Jumi, Asai, ibu Rindu, Mas Fuad ATC & istri, Iqbal ATC, mas Hendy Trigana, bang Joni Kalstar dan semua teman-teman yang aku lupa namanya namun ingat wajahnya.
Terimakasih Berau, garis kehidupan kita pernah beririsan.
Aku sudah lebih dulu bermain ke Derawan, Museum Gunung Tabur, Sungai Segah.
Aku sudah melewati tantangan untuk penugasan ditempat yang baru dan aku berhasil melaluinya.
Bersama kru Kalstar, Kiri-Kanan : Pak Distrik Manager, Bang Joni Makasar, Novi, Irul, Aku & Roni. |
Pernikahan Ratna & Andry. Kiri-Kanan :Vita, Jumi, Amila, Rindha, Andry, Ratna, Eming, Aku & Pak Porter Bandara Berau. |
Saat di Gunung Tabur. Kiri-Kanan : George a.ka. Jos, Memet, Jumi, Rindha, Aku, Mila & Anaknya, Edit, Vitha. |
Senangnya bisa berfoto di dekat engine / turbin pesawat, jangan ditiru ya. Berbahaya! |
Teman-teman ground handling, kelak kita berjumpa lagi. |
Sampai jumpa lagi Edit & Roni. |
Haris, Rindha, Aku & Ratna. |
Roni berselancar diatas Niko dalam kamar kos Memet. |
Perpisahan teman di kos yang baru. Kiri-kanan : Memet, Maxi, Niko, Ko Hendri & Eming. |
Bersama Jumiati di teras bandara lama Kalimarau Berau ketika pesawat telah take off dan sudah bisa pulang. |
Sesaat sebelum Iqbal boarding pesawat untuk pindah tugas ke Nabire, Papua. |
Liburan ke Derawan bersama sahabat yang juga tetangga kosan, Gito & Mas xxxxx (lupa namanya) mereka dari Telkomsel. |
Berenang bersama kru Batavia di kolam renang hotel dimana kantor mereka berada. |
Terimakasih Gito tetangga kosan yg baik banget kerokin aku waktu masuk angin. hehe |
Bersama Rinda & Harris di counter check in bandara lama Kalimarau Berau. |
Narsis di boarding gate. |
Komentar
Posting Komentar