Dibelakangku terdapat patung Dwarapala, raksasa seram penjaga bangunan.
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang biasa dikenal dan disingkat Kraton Jogja siapa sih orang Indonesia yang tidak pernah dengar nama ini? Walau ada yang belum pernah berkunjung kesana paling tidak pasti sudah pernah mendengar tentangnya.
Berkunjung ke Kraton membuatku betah berlama-lama apalagi setiap jam 10.00 hingga 12.00 setiap hari selalu ada pertunjukan musik gamelan disalah satu bangsal yang dimainkan oleh para Abdi Dalem (kecuali hari Jumat yang mana selalu dipertunjukkan tembang mocopat, tembang atau nyanyian khas Jawa seperti di dalam pementasan wayang).
Di dalam Kraton banyak terdapat ruangan / bangsal yang berisi informasi sejarah mengenai seluk beluk dan hal-hal tradisi yang masih berlaku hingga sekarang. Mulai dari corak dan motif batik, foto dari masa ke masa anggota keluarga Kraton, peralatan makan, furnitur hingga barang-barang pribadi yang pernah dipergunakan oleh Sultan dari masa ke masa. Khusus di ruangan museum batik, kita tidak diperbolehkan untuk membawa kamera dan mengambil gambar.
Cukup informatif semua yang ditampilkan disana, bagi pecinta sejarah hal ini sungguh menarik sekali.
Ukiran furnitur Jawa tampak disana-sini, khas banget dah, sepintas mirip di Thailand. Aksara Jawa dimana-mana terlihat dan sepintas juga mirip seperti aksara Thailand.
Apalagi ukiran ular naga bermahkota juga tampak dimana-mana seperti di pintu gerbang, ukiran gamelan dll. Ukiran naga bermahkota juga sering terlihat di Thailand sebagai penjaga gerbang, ukiran diatas atap bangunan, ukiran kusen dll.
Selain hal diatas, di dalam Kraton juga terdapat 2 patung raksasa yang berada di kiri dan kanan gerbang, biasanya digambarkan rupa seorang yang gendut, berwajah seram, memegang gada, bergelang kaki, berkalung ular dan memiliki taring. Dikenal sebagai Dwarapala Yeksha, mahluk penjaga bangunan suci dari pengaruh jahat. Kalau kita tidak ada niat jahat maka tidak perlu takut terhadap Dwarapala itu.
Selain di Indonesia, Dwarapala juga dapat ditemukan di negara Thailand, hanya saja berbeda rupa dan ukiran.
Kraton ini tidak semua sisi dibuka untuk umum karena ada beberapa bangunan yang masih dipergunakan keluarga Kraton sebagai tempat tinggal dan beraktifitas sehari-hari.
Sebagai pengunjung yang tertib maka selayaknya kita harus mengikuti aturan yang berlaku ya, tidak buang sampah sembarangan, berlaku sopan dan jangan menduduki atau memasuki tempat-tempat yang dilarang untuk umum.
Kraton Jogja sepintas mirip dengan Kraton Kasunanan Surakarta yang ada di Solo. Bentuk bangunan dan letak bangsal di dalam area Kraton pun hampir mirip. Suasana rindang di dalam juga sama. Para abdi dalem yang berseliweran juga semakin menambah kemiripan diantara keduanya. Pada umumnya di Kraton Jogja bernuasa serba hijau tua dan di Kraton Surakarta berwarna biru muda.
Tips :
a. Datanglah lebih awal agar puas berkeliling & melihat dengan detail semua pajangan yang ada disini.
b. Kraton buka sampai jam 14.00 saja sehingga lakukan pengaturan waktu sebaik-baiknya.
c. Perhatikan papan larangan karena ada beberapa bangsal atau tempat yang dilarang dimasuki umum.
d. Bawa air minum sendiri.
e. Kalau ingin tahu lebih lengkap dan rinci bisa memakai jasa pemandu.
|
Kraton di Jogja serba hijau sedangkan Kraton Surakarta berwarna serba biru. |
|
Sugeng Rawuh (Selamat Datang). |
|
Aji ning rogo soko busono. |
|
Praja Cihna, lambang Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. |
|
Salah satu gerbang di Keraton. |
|
Keren ya |
|
Alun-alun Keraton |
|
Keramiknya unik. |
|
Rumah Joglo |
|
Patung penari Jawa |
|
Lukisan Wayang |
Komentar
Posting Komentar