Going north why not?
Filipina....
Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata "Filipina"?
Kalau saya sendiri sih lebih karena penasaran dengan Negeri yang berada di sebelah utara Indonesia.
Manny Pacquiao, Rodrigo Duterte, Ferdinand Marcos, Imelda Marcos, Maribeth "Denpasar Moon" adalah sederet nama-nama yang melekat erat pada ingatanku hingga kini.
Banyak yang bilang jika Malaysia & Indonesia merupakan satu rumpun alias memiliki akar yang sama, bahasa yang hampir sama, kebudayaan yang juga bisa dibilang hampir sama dengan daerah di Sumatera. Namun kita sering melupakan atau bahkan bisa dibilang tidak begitu familiar dengan Filipina. Bagiku Filipina itu sendiri seperti Indonesia yang kedua, atau bahkan rasanya seperti masih berada di Indonesia.
Adalah Manila yang merupakan ibukota Filipina, kota terbesar dan terpadat yang terletak di pulau Luzon itu letaknya persis bersebelahan dengan laut. Manila sendiri sekilas mirip seperti kota Jakarta, bangunan gedungnya, kemacetan dan semrawut lalulintas-nya, orang-orangnya, kesibukannya, banjir-nya, gelandangannya semuanya persis sama seperti Jakarta.
Dulu waktu masih kecil kalau dengar berita di TV tentang Manila atau mungkin saat ramalan cuaca aku selalu mengaitkan Manila dengan
Vanilla, hehe. Kupikir keduanya memiliki sebuah korelasi. Jika di Indonesia merupakan negara yang penduduknya mayoritas menganut agama Islam, maka Filipina merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. Ohya, cara mereka berpakaian, makanan mereka, cuaca, bahasa mereka sepintas mirip sekali dengan negara kita. Bahkan beberapa kali saya sempat diajak bercuap-cuap dengan bahasa
Tagalog (bahasa
Filipino). Mereka pun tak percaya kalau aku bilang bahwa aku bukanlah orang
Filipino /
Pinoy, saking tak percayanya mereka pun memaksa untuk bisa melihat paspor-ku. Barulah setelah melihat buku hijau kecil itu mereka percaya. Habisnya kata mereka penampilanku, warna kulit, bentuk muka, warna rambut persis bgt seperti orang Filipino sehingga mereka tidak
"notice" kalau ternyata kita (orang Indonesia) adalah merupakan orang asing di tempat mereka.
Ohya asiknya lagi karena kita secara fisik sama dengan mereka, aku secara pribadi merasakan keuntungan-keuntungan kecil ketika berada di sana. Contoh nyata-nya nih, aku lagi di dalam antrian yang puanjaaaang banget untuk sebuah kedai es krim
home made yang enak di daerah
Boracay (Bali-nya Filipina) dimana ditempat itu banyak sekali turis-turis mancanegara dan aku perhatiin mas-mas penjual es krim nya kalau lagi melayani pembeli turis asing mimiknya itu lohh
flat, kosong dan hampa (halahh!) mungkin karena keseringan liat turis asing kali yak? nah setelah cukup lama berdiri menanti tibalah giliranku untuk memilih es krim, ehh kontan saja si mas-masnya ini ramah dan ngajakin ngomong dalam bahasa
Tagalog/Filipino kujawab saja
"English lang, I didnt speak Tagalog" (bahasa Inggris aja mas, aku ga bisa ngemeng bahasa
Tagalog) nahh kontan si mas-mas ini kaget dong, mungkin doi mbatin gini (gaya beut dah ini anak gak mau bicara bahasa nasional, maunya bahasa Inggris). Melihat perubahan mimik mas-mas itu aku pun langsung sigap menjelaskan ke mas-mas itu kalau aku bukanlah orang
Filipino sehingga aku tidak bisa bercakap-cakap dan bukannya sombong. (Sebagai info, walaupun bahasa nasional Filipina adalah bahasa
Tagalog/Filipino, namun tidak semua wilayah di Filipina memakainya sebagai bahasa utama sehari-hari. Karena bahasa
Tagalog/Filipino itu merupakan bahasa suku
Tagalog yang merupakan suku paling dominan disana yang tinggal dan menetap di pulau
Luzon, pulau terbesar di negara Filipina. Sehingga suku-suku lain selain
Tagalog enggan memakainya, karena tidak merasa memiliki bahasa tersebut, lagipula bahasa
Tagalog memiliki perbedaan dengan bahasa suku-suku lainnya.
Ohya
Filipino / Pinoy itu sebutan bagi cowok, sedangkan
Filipina / Pinay itu sebutan buat cewek. Meskipun begitu terkadang istilah
Filipino atau
Pinoy digunakan sebagai penyebutan semua orang Filipina. Nah mereka sendiri menyebut negeri mereka sebagai
"Pilipinas" atau
"Pinas" hehe unik ya.
Manila sepintas mirip seperti Jakarta, namun yang membedakan adalah bahasa dan perilaku warganya. Umumnya warga Jakarta itu (menurut saya pribadi loh ya yang notabene bukan warga Jakarta) cuek, masa bodoh, kasar, blak-blakan, tidak tertib, dll. Nah kalau di Manila wargannya sopan, meskipun saya berjalan di daerah yang kumuh (Manila seperti Jakarta, banyak warga yang tidak punya tempat tinggal sehingga mereka membuat gubuk kumuh di bawah jembatan, di bawah jalan tol, di beberapa bekas bangunan atau bahkan di halaman ruko, dengan perabotan seperti kompor, panci, kursi dan tempat tidur ditempatkan didepan halaman ruko atau dipinggir jalan) Benar-benar membuatku semakin bersyukur atas keadaan yang sekarang, setidaknya warga kelas bawah negara kita tidak sampai seperti itu. Selama macet di jalanan ibukota Manila saya tidak merasa stress, karena di kota ini tuh jaraaaaaaaang banget terdengar bunyi klakson kendaraan yang memekakkan telinga, membuat tidak nyaman. Terus orang Filipina juga sungguh mempunyai tata krama, mereka kalau bicara suaranya haluuuus banget (pelan). Gak teriak-teriak kayak kondektur busway di Jakarta. Padahal waktu itu aku lagi didalam metromini-nya Manila dan seperti biasa gak dapet tempat duduk dan terpaksa berdiri, terus ada ibu-ibu hendak turun sehingga ibu itu berkali-kali berkata dengan lembut
"excuse po". Sebagai informasi jika dalam percakapan dan terdengar kata "
Po" atau
"Opo" itu merupakan hal yang sangat-sangat sopan.... Duh sopaaan bgt itu ibu gak asal turun, asal nabrak, senggal senggol nerobos kayak naik kereta atau busway di Jakarta! (Catatan : Saya tidak bermaksud untuk menjelek-jelekan Jakarta yaa, semua ini berdasarkan pengalaman saya pribadi dan sudah pasti pengalaman temen-temen lain sudah pasti berbeda dengan pengalaman saya).
Mereka termasuk warga yang peduli (
helpful) loh apalagi dengan orang asing! Ceritanya kan aku waktu itu naik "
Jeepney" alias angkot fenomenal yang cuman ada di Filipina, dengan body kendaraan dicat warna-warni, heboh, full music, banyak lampu-lampu asesoris gitu pokoknya, nah aku kan mau jalan ke
Rizal Park di daerah
Intramuros, padahal sih jalan kaki bisa wong tinggal jalan lurus doang dari hotel kok. Namun karena pagi itu matahari lagi terik-teriknya dan begitu keluar hotel banyak
Jeepney mondar-mandir ditambah lagi saran dari mas-mas disekitaran hotel yang menyarankan naik
Jeepney, yaudah akhirnya aku memilih mengikuti saran mas-mas itu. Bukti betapa tertib dan jujurnya warga Filipina adalah.... dalam hal membayar ongkos
Jeepney! Lohhh kok bisa? Iya karena seharusnya begitu kita naik, kita langsung bayar loo dengan cara mengoper uang kita ke penumpang disebelah terus menerus hingga sampai ke pak pengemudinya. Unik kan? Begitu pula kalau pak pengemudi mau balikin uang kembalian, doi langsung oper ke penumpang yang dibelakangnya dan terus akan di berikan kepada yang empunya kembalian!
Well karena waktu itu aku gak ngerti
rule tidak tertulis semacam ini maka begitu aku naik dan duduk di dalam
Jeepney aku ga langsung bayar gitu ongkosnya, aku pikir bakalan sama kayak di Indonesia, naik gratis turun baru bayar alias begitu tiba di tujuan baru dibayar. Hahaha, itupun aku gak diteriakin tuh sama supirnya atau sama penumpang lainnya, malahan kalau aku ga bayar pun bisa karena benar-benar gak diperhatikan gitu sama supirnya!
Waktu saya duduk
manja tenang di dalam
Jeepney terus terang saya tenang aja tanpa takut tersesat karena kalau saya lihat dari peta rutenya lurus-lurus saja hingga..... Setelah beberapa lama saya merasa panik kok ga sampai-sampai ya? Saya mencoba mencar-cari pertanda dengan cara melihat kesekitar apakah ada sinyal-sinyal bahwa saya sudah sampai atau setidaknya saya berada dijalur yang benar. Tiada satupun tanda-tanda yang saya harapkan, dengan putus asa bolak-balik peta kota Manila berharap saya dapat menemukan sesuatu disitu namun sama saja saya tidak mendapatkan apa-apa. Lihat
google maps sepertinya saya sudah mendekati tempat yang dimaksud tapi pada kenyataannya saya tidak melihat pertanda yang meyakinkan bahwa saya sudah sampai. Gak kebayang dong rasanya kalau turun di tempat yang tidak seharusnya, gejala panik mulai menyerang dan seketika pun penumpang lainnya menanyakan saya dengan bahasa
Tagalog, mereka mengira saya orang Indonesia. Begitu saya menceritakan maksud dan tujuan saya ke
Rizal Park & begitu mereka tahu saya adalah orang asing yang sedang tampak celingak-celinguk naik angkot mereka, akhirnya seisi angkot
Jeepney baik penumpang & sopirnya ikut berdiskusi mengenai tempat terbaik untuk menurunkan saya dimana agar tidak terlalu jauh berjalan kaki menyusuri tempat tujuan saya tersebut.
Waaaah rasanya senang sekali, lega rasanya bahwa saya ditolong oleh orang yang lebih paham. Banyak dari mereka yang bertanya-tanya seperti "kamu dari mana?", "kamu ngapain kesini?", "kamu mau kemana?" dan serangakaian pertanyaan semacam itu. Nah setelah dekat dari tempat yang ingin saya tuju yakni
Rizal Park / Luneta / Quirino Grand Stand, sontak para penumpang teriak-teriak agar sang supir berhenti, nah setelah
Jeepney tersebut telah berhenti, para penumpang itu pun mengatakan bahwa aku sudah bisa turun disini, langsung deh saya bayar ongkosnya dengan uang recehan yang aku sendiri ga tahu apakah uang itu cukup atau kurang, asal ambil aja dari saku, hehehe sopirnya sih ga ada protes gitu soalnya saya lihat uangnya langsung disimpen gitu tanpa dihitung ulang, mungkin doi percaya kali ya ato gak doi paham kalo saya orang asing. Sebenarnya sih kalau saya ga bayar pun bisa, wong mereka pada ga
notice, karena biasanya kan begitu penumpang naik langsung bayar. Mana ada yang kayak saya begitu mau turun baru bayar (lumrah kayak di Indonesia).
Keadaan disekeliling terutama jalan raya sangat ramai oleh anak-anak sekolah yang pada pulang. Saat itu
Rush hour lah ya ceritanya, nah saya diturunin di semacam halte pemberhentian gitu, mereka bilang nanti ikutin saja jalan trotoar turun kebawah menuju terowongan dan nanti tinggal lihat papan penunjuk jalan pasti akan sampai di
Rizal Park. Lucunya nihh saya waktu turun dari
Jeepney pada diliatin sama seisi penumpang, mereka memastikan saya berada pada jalur yang benar, begitu saya sudah berjalan pada arah yang benar mereka semua pada dadah-dadah gitu... Hhihi lucu yaaa, saya berasa kayak anggota keluarga yang dilepas pergi jauh gitu.. Dan
Jeepney pun melenggang jauh pergi. Terimakasih banyak para penumpang yang saya tidak tahu nama mereka dan juga pak sopir yang berbaik hati.
Ohya kenapa dinamakan
Rizal Park? Karena ditempat itu terjadi peristiwa bersejarah bagi bangsa Filipina, tokoh besar mereka yakni
Jose Rizal tewas ditembak oleh Spanyol, sedih yaa.... Aku secara pribadi menyukai
Jose Rizal akibat pemikirannya, perlawanannya dan kisah hidupnya.
Jose Rizal merupakan tokoh pertama di kawasan Asia Tenggara yang berani melawan kolonialisme, ia berjuang bagi bangsanya dengan membuat novel / puisi / syair maupun artikel yang menceritakan tentang keserahakan, ketidakadilan, kekejaman para tokoh religius gereja Katolik Spanyol yang berkarya di Filipina.
Nah saat saya menyusuri jalan-jalan utama, trotoar maupun terowongan bawah tanahnya saya seperti berada di Jakarta, banyak pedagang kaki lima yang buka lapak dimana-mana, pedagang yang nawarin dagangan dengan kata-kata
"Pili ka po" yang kemungkinan artinya sama kayak di Cempaka Mas Jakarta "Cari apa bang?" atau "Boleh bang" hahaha. Jajanan pasarnya juga mirip kayak di Indonesia, ada yang dibungkus daun pisang, kukusan, berwarna-warni mirip lapis legit, pokoknya rasanya sama deh kayak jajanan pasar kita. Hehe.
Ada juga goreng-gorengan kayak bola-bola kecil warna oranye terang yang ditusuk pake tusukan sate, trus makannya juga dicocolin saus yang ga ada rasa pedes-pedesnya. Rupanya itu
fish ball atau
squid ball. Nah kalo minuman yang dijajakan selain yang kemasan botol ada juga nih yang ditaruh di wadah minum persis kayak di negara kita, namanya
Buko Pandan yang secara harafiah artinya
Buko = Kelapa,
Pandan = Pandan, jadi artinya es kelapa tapi ada rasa pandannya. Hahaha sama kaan kayak di Indonesia?
Saya tahu saya sudah hampir sampai ditempat yang saya tuju, yakni
Rizal Park yang berada di dalam area
Intramuros atau area kota tua seperti Kotu di Jakarta.
Intramuros sendiri artinya "di dalam tembok/dinding" bermakna dahulu kala kota ini dibangun khusus bagi orang Spanyol dan sudah pasti tidak sembarang orang bisa memasuki area ini, apalagi warga lokal. Nah agar orang yang masuk kedalam kota itu bisa dikendalikan, dikontrol dan diawasi, maka dibangunlah tembok besar yang mengelilingi batas kota sehingga dinamakan lah
Intramuros yang artinya "di dalam tembok". Dinding pembatas itu sampai sekarang masih ada loh, tebal banget itu dindingnya ga tau deh pake batu bata darimana & semennya apaan? Hihihi pertanyaan ga penting.
Nah ada apa aja sih di dalam kompleks
Intramuros itu? Well, namanya juga kota di dalam tembok, di dalamnya ada banyak sekali gedung-gedung kuno dan areanya luas sekali, lebih luas dari area Kotu di Jakarta. Ada sekolah pertama di Filipina, Gedung Kongres mereka, Kantor Pemerintahan, Gereja kuno, Teater, Universitas, Pertokoan, Gedung Pertemuan, Taman, Penjara, Benteng dll. Saking luasnya kita ga bisa jalan kaki menyusuri area Intramuros itu, benernya bisa sih cuman ga efisien di waktu, selain udara Manila yang panas dan lembab kayak di Indonesia, jarak antar satu tempat yang ingin dikunjungin terpisah jauh satu dengan lainnya. Sebagai informasi, walau
Intramuros merupakan kawasan wisata sejarah kota kuno, namun tidak semua gedung/bangunan bisa dimasuki wisatawan yaaa.. Karena ada yang merupakan
Private Property maupun
Restricted Area.
Satu lagi, di Filipina itu setiap anak sekolah, mau SD, SMP dan SMA semua pada pakai gantungan
ID Card/Badge gitu di seragamnya, terus setiap hari kalau mau masuk area sekolah, para siswa wajib memeriksakan barang bawaannya. Dan itu terjadi setiap hari, peraturan itu berlaku bagi semua penghuni sekolah, guru-guru juga diperiksa kok, trus mereka juga ga ada ngomel-ngomel marah tuh kalo diperiksa, mereka mentaati aturan banget. Bandingkan dengan di Indonesia, yang aku yakin ga semua mendukung aturan yang kayak gitu, pasti ada penolakan dan protes disana-sini, "ngapain sih diperiksa-periksa, kayak baru kenal aja kan saya bertahun-tahun sekolah disini" atau "saya kan pengajar disini ngapain diperiksa, ga percaya dengan saya ya?"
Well, saya yakin harusnya si mas-mas penjaga sekolah itu pun pasti hapal dengan anak murid sekolah yang dia jaga, namun aturan tetap saja aturan, setiap masuk area sekolah baik itu di jam sekolah atau bukan, masuk ke area sekolah atau ke area lapangan basket, tetep wajib diperiksa barang bawaan. Jadinya orang kayak saya yang pengen tahu isi dalamnya sekolahan kayak gimana jadi harus berpikir dua atau tiga kali, yang pertama sudah pasti saya ga pake seragam (sudah pasti menimbulkan pertannyaan di hati mas-mas penjaga sekolahan), kedua saya ga pake tali gantungan
Id card/badge (jelas banget ini mah), yang ketiga sudah pasti ribet banget merelakan tas saya diobok-obok gitu. Ohya pemeriksaan barang bawaan ala Filipina ini unik loo, tas kita ditusuk-tusuk dengan tongkat/
stick yang mirip
stick drum gitu. Terus mas-mas sekuritinya pada pake sarung tangan putih kayak petugas upacara bendera gitu! Satu yang jadi perhatian saya adalah setiap mas-mas atau mbak-mbak sekuriti selain mereka diperbolehkan menenteng senjata api laras panjang (buseeet, bawa senpi coy itu sekuriti!) di ikat pinggang mereka tertempel peralatan P3K alias
First Aid gitu, supaya apa? Ya buat berjaga jika ada seseorang yang memerlukan P3K mereka bisa sigap turun tangan langsung dan ga perlu cari-carian lagi dimana obat merah, dimana plester luka! Bisa dicontoh nih yang kayak gini.
Nah kenapa mereka diperbolehkan membawa senpi laras panjang? Untuk berjaga-jaga sih itu, karena di Filipina itu setiap orang bisa memiliki senpi lohh secara legal. Makanya umum banget ada stiker atau papan pemberitahuan berupa gambar senpi dicoret alias dilarang membawa senpi. Karena dulu pernah kejadian ada penembakan ditengah keramaian oleh kelompok teroris bersenjata. Sehingga mulailah diberlakukan pemeriksaan tas dengan stik drum itu di setiap titik masuk tempat umum kayak Sekolahan, Universitas, Rumah Sakit, Terminal, Bandara, Stasiun, Mall, Restoran dan berbagai macam tempat umum lainnya. Serem aja kan kalo misalnya aturan itu ga diberlakukan, pas lagi asyik-asyiknya belanja terus tiba-tiba kita diberondong peluru nyasar dan tau-tau terkapar di rumah sakit. Hiiiii ogaaah!. Mungkin karena alasan itu jadinya masyarakat Filipina dengan kesadaran diri mengijinkan dan menjalankan aturan itu.
Balik lagi ke cerita utama, nah ketika saya sampai di
Intramuros, bayangan saya itu sama kayak Kotu Jakarta, ternyata saya salaaaaah! Bingung kan mau kemana, beruntungnya ada banyak mamang-mamang becak yang pada nungguin penumpang, mereka ga ada tuh berantem ama sesama mereka soal rebutan penumpang, pada seloww aja tuh kalo misalnya mereka ga dapet penumpang dan cara mereka nawarin jasa ke calon penumpang pun ramah dan gak maksa lohh. Terus yang aku suka lagi, mereka itu nawarin harga semuanya sama, dalam artian sudah ada paketan, mau yang setengah jam, satu jam atau dua jam dengan tempat tujuan yang sama. Maksudnya gimana tuh? Maksudnya adalah si mamang A dan mamang B atau mamang C semua pada nawarin paketan dengan harga yang sama, ga ada tuh harga yang lebih mahal satu dengan yang lainnya, jadi kita ga perlu capek nawar dan gondok kalau tahu kita kena tipu soal harga! Semuanya fair dan transparan lohh. Jadi selama didalam kompleks area
Intramuros semua tarif mamang-mamang becak
(Tricycle) semuanya ya sama, mau cari di pojokan sekalipun jatohnya juga sama. Keren yaaa.
Jadilah saya ambil paketan yang dua jam keliling kalau ga salah, harganya murah kok saya lupa pastinya berapa, yang jelas harganya masuk akal. Nah saya naik becak keliling kota tua
Intramuros sambil dijelasin tuh sama mamangnya soal sejarah dan latar belakang bangunan yang ada disitu. Fasih banget bahasa Inggrisnya, dia paham banget lohh soal sejarah, yah namanya juga setiap hari mereka mengantarkan wisatawan jadinya paham banget dan hapal diluar kepala. Dari dialah saya tau sekolah pertama di Filipina yang mana, Fakultas Kedoketeran pertama yang mana, Kantor Surat Kabar pertama yang mana, Rumah Gubernur yang mana dll. Ohya dia juga nyeritain kenapa kok tembok
Intramuros ada yang cuil-cuil bolong gitu, itu akibat terkena peluru tentara Jepang saat perang dunia II lohhh. Bolong-bolong gitu dindingnya, ga kebayang deh gimana suasana kala itu terjadi.
Setelah diajak keliling tibalah saya disebuah gerbang mungil yang dipenuhi tumbuhan merambat pada gapura masuknya, rupanya itu semacam taman peristirahatan gitu dan ada reruntuhan benteng
Santiago di dalamnya. Ditengah-tengah taman ada kolam air mancur, suasananya sejuk karena banyak pepohonan rindang dan besar-besar lohh. Kesan teduh nya itu bener-bener seperti oase alias penyejuk di siang hari. Disitu ada sepasang kekasih sedang melakukan foto pre-wed kayaknya, keliatan dari baju yang dipakai ditambah lagi ada tukang rias sama tukang foto profesionalnya.
Satu lagi yang membuat unik, sekuriti di area Intramuros itu memakai pakaian jaman perjuangan dulu lohh, seragam
KKK alias
"Katipunan" atau
"Katipuneros" apa itu
Katipunan/Katipuneros? Baca
Google aja yaaa, budayakan menjadi pembaca yang
smart. Hehehe, intinya seragam mereka itu khas, cuman ada di
Intramuros, dengan warna seragam biru muda, ikat pinggang kulit, topi yang unik dan tentunya senpi jaman dulu. Bisa banget ditiru dan diterapkan di Indonesia bukan? Kebetulan mas-mas sekuriti yang jaga disitu persis kayak bang Ipul alias Saipul Jamil! Hihihihi. Goyang maang.
Puas liat-liat di taman itu dan keki liat pasangan pre-wed, saya pun lanjut perjalanan keliling kota tua
Intramuros, kayaknya waktu itu saya menuju gereja pertama dan tertua di Filipina, yaitu.....
San Agustin! Masuk dalam daftar cagar budaya
Unesco, gereja ini tentu saja menjadi harta karun nasional. Berbagai ornamen kuno, patung-patung, relief & ukiran bahkan langit-langit gerejanya sangat terawat. Banyak loo orang Filipina yang ingin menikah di gereja ini, saking banyaknya yang ingin melangsungkan momen sakral ditempat ini, jauh-jauh hari beberapa bulan sebelum pernikahan sudah harus mendaftar administrasi dulu alias booking seat lah yaa kira-kira. Ckckckck buseeeet. Ohya, selain warga Filipina, banyak juga kok warga negara asing yang sengaja mendaftar agar bisa menikah di gereja
San Agustin itu. Pesonanya emang luar biasa bukan?
Saat saya tiba saat itu juga sedang berlangsung misa pernikahan. Hihihi pantes umat yang dateng bajunya rapi-rapi, pada pakai baju
Barong Tagalog & Maria Clara (
Barong Tagalog adalah pakaian nasional Filipina khas berupa baju lengan panjang transparan dengan bordiran mewah serta gaun
Maria Clara yang mirip banget baju Spanyol/Meksiko gitu, eeh kok namanya kayak nama orang sih??). Saya sih ga ikutan misa pernikahan yang sedang berlangsung itu, tapi saya keliling gereja, liat-liat ornamennya, arsitekturnya dan tentunya patung-patung orang kudusnya! Keren bangeeeeet tau dalemnya suer. Ada sih museumnya tapi saya ga mau masuk, selain ga efisien waktu, paling juga isinya benda-benda suci yang sebenarnya dimanapun kurang lebih sama saja bentuknya, mana bayar tiket masuk juga. Dihh males ahhh.
Ohya selain becak ada juga kok kereta kuda yang beroperasi di sekitar
Intramuros, kayak di Jogja gitu lohhh. Mereka menyebutnya dengan sebutan
"Kalesa" atau
"Caritela/Karitela". Kereta biasa aja sih ga ada yang beda dengan yang ada di Indonesia.
Gereja
San Agustin ini di halaman depannya dipasang bendera kecil warna-warni ala Meksiko gitu kayak lagi
"Fiesta". Seruuu khan?
Puas keliling
San Agustin saya pun memutuskan cabut dan pergi ke toko suvenir. Sebenarnya suvenir mereka itu biasa banget, kalo ga kaos, ya gantungan kunci lah, gelas/
mug atau topi. Ga ada yang khas
handmade kayak di Jogja gitu, jadi yaaa biasa banget... Kalo di Jogja kan ada tuh blangkon, batik, keris, pajangan onthel, wayang dll. Nah di
Intramuros? Cuman gitu-gitu aja.
Singkat cerita setelah acara jalan-jalan selesai, saya langsung cuss ke sebuah
mall yang katanya sih terbesar di Filipina bahkan Asia gitu, yaitu
SM. Mall of Asia. Dalemnya biasa aja tuh gak seperti
Mall Taman Anggrek, atau Grand Indonesia atau MoI Kelapa Gading atau PIK yang bener-bener dahh kerennya luar biasa interiornya. Barang yang dijual pun ya sama aja kayak mall di Indonesia, ga ada yang membedakan. Ada sih satu toko yang aku suka yaitu
"Kultura" alias toko yang menjual pernak-pernik khas Filipina mulai dari baju daerah, jajanan daerah, dompet, gantungan kunci, kaos, jaket, dll ala-ala Filipina! Murah kok harganya, toko itu berhasil membuatku membeli beberapa pouch kecil, gantungan kunci, pajangan meja dan.... baju
Barong Tagalog! hihihi akhirnyaaaaa kesampaian punya baju
Barong Tagalog!
Ternyata baju
Barong Tagalog itu mempunyai kisah yang panjang untuk bisa sampai seperti sekarang ini. Dulunya ketika dijajah Spanyol, penduduk asli Filipina dilarang memakai baju seperti bangsa barat, dilarang memakai tekstil seperti bangsa barat sehingga mau tidak mau penduduk asli berpikir dan menemukan bahan dan cara sedemikian rupa sehingga mereka dapat menghasilkan kain untuk dibuat baju. Maka mereka pun menemukan serat dari daun nanas yang dapat menghasilkan benang dan dapat dipintal sedemikian rupa menjadi selembar kain transparan yang kelak menjadi sebuah baju
Barong Tagalog. Ketika kain dari serat daun nanas itu sudah diolah sedemikian rupa menjadi pakaian (busana), kain itu ternyata tampak lebih indah dari pada sutera, lebih kuat dan kaku. Sontak keindahan kain transparan dari daun nanas itu semakin menimbulkan keirian dari para penjajah. Ternyata akibat begitu banyak pelarangan ini-itu dapat mendorong penduduk lokal dalam berkarya, demikian juga dengan kita sekarang apabila banyak sekali hambatan dan tantangan dalam meraih mimpi demi masa depan yang lebih baik jangan menyerah, mungkin kita akan menemukan sesuatu yang lebih indah adaikata usaha untuk meraih kesuksesan itu tidak sesulit ini. heheh *sokbijak!. Nah mengapa baju
Barong Tagalog itu tampak transparan, tidak memiliki kantong saku dan baju di bagian bawahnya tidak dimasukkan kedalam celana alias dikeluarkan? Itu karena.......... ketakutan dan kekhawatiran para penjajah Spanyol terhadap para budak yang merupakan penduduk lokal Filipina. Saking parno-nya mereka terhadap penduduk lokal maka mereka pun melarang para penduduk memasukkan / merapikan bawahan baju kedalam celana, tidak memperbolehkan menjahit kantong/saku pada baju dan baju yang dikenakan harus transparan sehingga mereka dapat mengetahui dan memastikan tidak ada senjata tajam yang disembunyikan dibalik baju mereka atau memastikan tidak ada sesuatu yang dicuri oleh penduduk lokal tanpa harus memeriksa isi kantong. serta sebagai pengingat bagi penduduk lokal akan status kelas bawah yang melekat pada mereka.
Ngeri yaa perbudakan jaman dulu..
Baju
Barong Tagalog ini semakin populer lagi dan menjadi baju nasional karena dipakai oleh presiden
Ramon Magsaysay, Ia memakai baju
Barong Tagalog saat pelantikan dirinya dan memakai baju
Barong Tagalog untuk ke acara resmi kenegaraan. Mulai dari saat itu hingga kini setiap tamu negara Filipina yang datang dan berkunjung ke istana
Malacanang wajib memakai baju
Barong Tagalog. Wihhh keren yaah, ternyata ada sepenggal cerita dibalik busana nasional tersebut.
Puas keliling
mall yang ga terlalu bagus dalemnya itu saya pun memutuskan pulang, pake apaan? ya pake taksi dong, soalnya mau pake apalagi? becak ga ada dan ga boleh beroperasi di ruas jalan utama dan kalopun ada ya kasian si mamangnya ngayuh sepeda jauh gitu, yang ada kena varises itu mamang selesai anterin saya. Disini supir taksi argo bener-bener kayak raja! Kok bisa? jadi kita para penumpang tu pada nunggu taksi tu di pinggir jalan trus nanti ada taksi-taksi yang berhenti nanyain mo kemana? Tinggal bilang deh tujuannya, nah klo menurut mereka tempat yang kita tuju itu kejauhan atau bukan trayek mereka atau mereka ga paham daerahnya ya mereka langsung menolak lohhhh. Sumpaah yaaa ni taksi nolak rejeki.. Duhh makin panik dong saya, mana makin malam, terus ujan pula. Taksi pada nolak karena alasannya jauh banget. Yaelaaa paaak, sejauh-jauhnya kan bapak naik kendaraan bukan jalan kaki dan itu kan rejeki bapak kook ditolak-tolakin sihhhh. Huhuhuhuhuhuhu Kezel! Setelah lama nungguin akhirnya ada juga yang mengiyakan untuk nganterin saya. Yessssss. Ohya di Filipina itu setir kemudinya di sebelah kiri loh yaaa, kebalikan dengan Indonesia yang ada disebelah kanan. Trus kendaraan juga berjalan di lajur sebelah kanan, lucu yaa. Trus kalau mau nyeberang jalan ya harus liat arah kanan dulu baru lihat ke kiri (kebalikan di Indonesia). Hihihihi ati-ati nyebrangnya, jangan coba-coba nyebrang sendirian dan nyebrang selain di
zebra cross atau jembatan penyebrangan! Ga bakal dikasi jalan dan bakalan kena tabrak dan kalau kita ditabrak kita akan disalahkan kenapa kita nyebrang sembarangan? Dan juga kalau mau nyebrang jalan itu rame-rame alias kolektif gitu, ntar kita pencet dulu tombol di lampu merah biar nanti lampunya berubah jadi merah biar para pengemudi itu berhenti dan kita-kita bisa nyebrang manja.... Disini ni serunya dulu-duluan jalan kaki buat nyebrang dan kadang bisa terpisah loo karena padatnya kerumunan orang yang ingin menyebrang.
Overall lalulintas mereka macet juga kayak Jakarta tapi ga bikin stress karena jarang banget saya denger bunyi klakson plus makian kernet angkutan umum.
Orang Filipina itu sendiri adalah orang yang pembersih, rajin merawat diri
(personal hygiene), klimis, wangi (seriusan ini, mereka ga ada yang burket! walaupun lagi dipasar, angkot
Jeepney atau dimana aja) Sedari sekolah mereka itu sudah diajari bagaimana merawat kebersihan diri, sudah umum banget kalo disana pada jam istirahat orang-orangnya pada sikat gigi, cuci muka. Trus abis cuci muka cowok-cowoknya pake bedak bayi/pelembab wajah dan bibir gitu... Apaaaaa? pake bedak? yupsss, sudah biasa bagi mereka, dan itu ga akan di bully kayak di Indonesia. Sudah mendarah daging kebiasaan tersebut. Jadi sopir angkot disana itu ya ganteng-ganteng dan bersih plus wangi, seriusan ini saya.
Andai kebiasaan ini juga terjadi di Indonesia, pastinya pengguna angkutan umum jumlahnya bertambah. Ga ada lagi deh nyium bau kecut, bau rokok dan bau tidak sedap lainnya, hehe semoga saja....
Di Filipina ada banyaaaaaak sekali Gereja/ Kapel. Saking banyaknya, hampir disetiap sudut bisa ditemukan Gereja atau patung para kudus Katolik! Ditempat umum juga biasanya punya kapel dengan jadwal misa yang tetap, wihh jadi selesai belanja bisa ikutan misa nih.
Soal makan, orang Filipina itu selalu makan pakai sendok garpu. Kebiasaan dari dulu sepertinya sejak dari jaman penjajahan Spanyol. Bahkan ni yaa makan ayam goreng
Jolly Bee pun pake sendok garpu, hihihi sopan ya. Saya awalnya ga tau tentang kebiasaan ini sehingga waktu saya makan pake tangan gitu pada diliatin ama mereka-mereka. Kirain diliatin karena kegantengan saya, ternyata enggak. Mereka pada aneh gitu liat saya makan pake tangan, ga biasa liat pemandangan seperti itu sepertinya.
Makanan mereka pun ga jauh beda kok sama kita,
Manok itu Ayam,
Baboy itu Babi (Babi sudah dianggap lauk sehari-hari). Nama masakan pun ada yang sama kayak kita dan ada juga ya unik.
Lunpia/Lumpia bentuknya sama kayak yang ada di Indonesia, namun itu adalah lauk yang dimakan dengan nasi!
Empanada bentuknya sama kayak kue pastel atau panada dengan isian dan rasa yang nyaris sama.
Kangkong juga tumis sayur kangkung.
Halo-halo adalah nama minuman / es krim khas Filipina, biasanya terbuat dari campuran ubi ungu, nangka, kacang, jelly, selasih, dll. Seger rasanya.
Bola-bola juga nama makanan mereka, lucu kan namanya. Masakan mereka mah ga ada pedes-pedesnya, padahal mereka bilang itu
spicy tapi tetep aja kalah sama lalapan Indonesia yang pedesnya ampuuuun..... Emang bener banget cuma di Indonesia aja yang kalo masak selalu pakai penyedap rasa yang berlebihan sehingga rasanya gurih dan nikmat. Di Filipina kadang aku pikir makanan mereka kurang sedap kayak kurang garam gitu... Mereka juga menomorsatukan nasi putih sebagai makanan utama kok. Sama aja kayak kita. Untuk minuman, biasanya kan klo kita makan di warung/rumah makan/restoran umumnya pesen kalo ga es Teh ya es Jeruk. Nah kalo di Filipina minumannya yaaaaa jus Nanas (tidak mesti jus Nanas sih, tapi emang jarang banget ada es Teh atau es Jeruk). Haaaah ihh aneh ah masak minum jus Nanas sih kan kecut-kecut gimana gitu,,,, tapi bagi mereka sudah biasa sih. Terus kalo pesen es kelapa juga mereka tu biasanya bukan kelapa muda, kelapa tua cooy yang dagingnya udah alot gitu, hahha. Dan kayaknya mereka cuman minum air kelapanya aja, dagingnya ga diapa-apain, ga disentuh malahan. Nah bagi yang khawatir soal makanan, disana ada kok stall yang menjual makanan halal, biasanya masakan Timur Tengah atau Turki atau India yang menurutku kebanyakan bumbu dan saya tidak terbiasa memakan masakan tersebut. Rasanya aneeh ah.
Fast food macam
KFC atau
Mcd pun kalah pamor sama
fast food lokal
Jolly Bee mereka. Kalah hits gitu.
Soal tempat wisata, mereka itu wisatanya kalo ga Pantai, Gunung, Hutan ya Gereja tua gitu. Ga ada tempat wisata khas kayak di Indonesia seperti tempat membatik, atau tempat pertunjukan kesenian daerah yang menampilkan kebudayaan seperti tarian atau nyanyian daerah kayak misalnya di Bali. Ada sih,, tapi ga banyak dan cuman ada di kota tertentu aja.
Demikian cerita pengalama saya tentang Filipina bagian 1, tunggu cerita pengalaman saya ketika berlibur di "Bali"nya Filipina yaaa pada tulisan di bagian 2.
See ya.....
 |
Bendera Filipina berkibar dikota Manila |
 |
Pusat kota Manila, bersih ya. |
 |
Warga Manila duduk santai di taman tengah kota, duhh nyaman banget duduk tanpa pengamen |
 |
Jeepney mondar-mandir ditengah kota Manila |
 |
Indonesia banget kan suasananya? |
 |
Mall of Asia yang "biasa"banget dibandingkan Mall di Jakarta. |
 |
Eye catching banget ga sih iklannya? |
 |
MOA Arena sering dipakai untuk tempat perhelatan Basket nasional! |
| |
|
|
 |
Sisa reruntuhan Fort Santiago, Intramuros. |
 |
Cuaca Manila, lembab seperti di Indonesia. |
 |
Salah satu gerbang pintu dihiasi bendera Filipina di dalam area Intramuros. |
 |
Pieta di dalam Gereja San Agustin.
|
 |
Kayak bukan di Asia ya? |
 |
Langit-langit Gereja San Agustin keren ya. |
 |
Misa pernikahan sedang berlangsung |
 |
Apung Mamacalulu, patung jenazah Yesus untuk dihormati peziarah. |
 |
Altar Gereja San Agustin, keren yaa banyak ornamennya. |
 |
Patung Santa Rita di dalam Gereja San Agustin. |
 |
Patung favoritku, Santo Nino de Cebu, aku adalah devosanNya. |
 |
Misa pernikahan selesai, tak lama lagi akan dimulai misa pernikahan lainnya. |
 |
Ukiran pintu Gereja San Agustin dari kayu, gagah dan keren banget ya. |
 |
Katedral Manila, statusnya sebagai Minor Basilica diluar Eropa. |
 |
Interior di dalam Katedral Manila. |
 |
Lukisan Maria pelindung Filipina, di dalam Katedral Manila. |
 |
Galeri lukisan rohani di dalam area Katedral Manila. |
 |
Patung Sri Paus Paulus Yohanes II di dalam kaca pamer ruangan Katedral Manila. |
 |
Lukisannya mirip seperti di Meksiko / negara latin ya? |
 |
Jendela kaca patri warna-warni. |
 |
Patung bersejarah Our Lady of good voyage, dibawa dari Acapulco, Mexico. |
 |
patung Our Lady of Pillar. |
 |
Altar utama Katedral Manila. |
 |
Langit-langit Gereja Katedral Manila. |
 |
Ga keliatan ini tulisanya apa. |
 |
Salah satu ornamen hiasan di halaman Katedral Manila. |
 |
Menarik untuk disimak prasasti ini. |
 |
Ada logo bendera Spanyol ni. |
 |
Salah satu interior kapel di sebuah pusat perbelanjaan. |
 |
Ruang tunggu bandara domestik Manila. |
 |
It's more fun in the Philippines! |
Bagus banget gan artukearti...kapan ya bisa jalan jalan ke Manila ?
BalasHapusMaksudnya artikel jalan jalannya
BalasHapusMhn sarannya kalau paket city tour termurah ke Manila dari Jakarta berapa ongkosnya ?
BalasHapus