Teluk Balikpapan dari atas bukit. |
Aku sendiri lebih senang berjalan kaki santai daripada berlari-lari / jogging. Selain lebih rileks, lebih teratur juga aku dapat memperhatikan hal-hal disekitarku dengan lebih detail. Entah itu sesuatu yang baru maupun sesuatu yang sudah tidak asing lagi namun hanya sepintas lalu diperhatikan dan ketika diperhatikan lebih lanjut secara seksama maka aku akan terkejut mengetahui hal yang baru dari sesuatu yang lama.
Contohnya, di Kota Balikpapan ini memang berada di pinggir laut dan sudah pasti memiliki pelabuhan laut. Nah biasanya kalau naik kendaraan dan melintas didaerah pelabuhan Semayang (Pelabuhan khusus penumpang) itu hanya sambil lalu saja melihatnya, seperti keramaiannya, riuh orang menawarkan kendaraannya, para penjaja kaki lima dll.
Kali ini ketika aku mencoba berolah raga lagi yang tidak terlalu berat juga tidak membutuhkan banyak alat bantu, aku memilih berjalan santai di sore hari tentunya. Saat itu seperti biasa diakhir pekan, biasanya daerah Lapangan Merdeka kota Balikpapan selalu ramai dikunjungi para pasangan, keluarga, anak sekolah, mahasiswa maupun para pedagang kaki lima.
Karena aku tidak terlalu suka dengan keramaian maka kali itu aku memilih untuk berjalan kaki agak menjauh dari trek mainstream pengunjung kebanyakan. Kalau biasanya para pengunjung itu hanya berputar-putar mengelilingi lapangan Merdeka, aku sendiri memilih untuk naik ke atas perbukitan perumahan Pertamina yang mana biasa disebut sebagai daerah Gunung Dubbs (Yups, Balikpapan memiliki banyak sekali sebutan daerah dengan nama "Gunung" walau sebenarnya itu bukan gunung melainkan hanyalah bukit)
Celana pendek, baju kaos, sepatu kets, dompet dan air minum sudah siap. Biasanya banyak pengunjung ketika akan jogging atau jalan santai di Lapangan Merdeka mereka memilih menyimpan dompet dan telepon selulernya didalam jok sepeda motor, namun aku memilih untuk tidak menaruhnya disitu karena banyaknya cerita tentang kehilangan barang berharga yang disimpan di dalam jok sepeda motor ditempat itu.
Jalanan mulai nemanjak ketika masuk ke perumahan Pertamina tersebut, dengan pemandangan rumah-rumah tua jaman dulu serta rindangnya pepohonan. Matahari saat itu tidak terlalu terik jadinya aku berjalan tidak terlalu kepanasan dan silau. Ada begitu banyak jalan tikus dari perkampungan menuju perumahan maupun jalur sebaliknya. Ini karena posisinya yang berdekatan satu sama lain.
Ketika kurang lebih 30 menit berjalan menanjak dan keringat semakin deras mengucur, tibalah aku disuatu titik tertinggi bukit itu yang sudah termasuk area perkampungan / perumahan Pelayaran.
Teluk Balikpapan jelas terlihat dari sini, ohh indahnya.
Angin berhawa asin bertiup dari arah laut, burung-burung berterbangan diatas langit, manusia-manusia mulai beraktifitas disore itu, ada yang sibuk mengangkat jemuran, ada anak kecil bermain-main, ada yang sibuk memperbaiki rumahnya, ada sekumpulan anak muda asik bersenda gurau.
Hal-hal detail seperti inilah yang tidak bisa aku dapatkan jika sedang mengendarai kendaraan, sesuatu yang manusiawi yang kadang tidak disadari terjadi disekitar kita.
Aku merasa setiap perjalanan selalu ada hal yang bisa dipetik, tujuan bukanlah esensinya melainkan proses menuju tujuan itulah esensi sebenar-benarnya.
Nikmatilah sekitarmu selagi bisa, hiruplah dalam-dalam udara gratis yang disediakan oleh sang Pencipta untukmu dan berjalanlah dengan kaki sehatmu.
Hentikan keluh kesahmu, buang semua pikiran yang membebani dirimu dan tataplah jauh kedepan masa yang akan datang.
Ada yang mengeluh karena capek dengan pekerjaan sekarang, ada juga yang meratapi tidak mendapatkan pekerjaan. Ada yang berharap ingin bersekolah, ada juga yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena keadaan.
Begitulah hidup.....
Selalu saja terlihat tidak adil.
Terimakasih Tuhan atas segala anugrahMu untukku.
Teluk Balikpapan dibelakangku. |
Wah ada teras yang punya pemandang super keren. |
Ahhh Posyandunya berwarna jreng. |
Aku baru ngeh ada papan seperti ini di area Pelabuhan Semayang. |
Angin dan udara asin menerpamu disini. |
Mengugurkan dedaunan sebagai bentuk pertahanan diri pohon Ketapang di musim kemarau. |
Nenek moyangku Pelaut. |
Komentar
Posting Komentar