Selamat siang sahabat,
Salam manis untuk kalian semuanya.
Pastinya kalian semua tetap sehat sampai saat ini bukan?
Pada postingan kali ini saya akan melanjutkan pengalaman menjelajah, pengamatan dan identifikasi keanekaragaman hayati di dalam hutan kota Balikpapan bersama para Conservationist dari BALITEK KSDA Samboja bagian kedua, bagi kalian yang belum membaca bagian pertama silahkan klik disini.
Setelah kamera trap dipasang di hari pertama, tibalah hari kedua dimana saat ini akan dilakukan kegiatan pengamatan pagi yakni mengecek kembali lokasi yang telah dipasang jebakan serta kamera trap dan jaring untuk menahan hewan terbang yang telah dipasang di hari pertama. Terutama sekali jebakan kecil untuk hewan dan jaring untuk hewan yang terbang mendapat perhatian lebih besar karena jika nantinya terdapat hewan yang terperangkap, hewan tersebut akan langsung diidentifikasi kemudian segera dilepas untuk mencegah hewan yang terperangkap tersebut lemas dan stress.
*Sedikit bercerita tentang kamera trap.
Apa itu kamera trap? Berikut sedikit penjelasan yang saya baca dari Standard Operating Procedure (SOP) untuk Pemasangan Kamera Trap, The Orangutan Tropical Peatland Project, selengkapnya dapat dibaca disini.
Kamera Trap adalah alat yang bermanfaat memonitor dan untuk konservasi kehidupan liar di hutan dan bisa dipergunakan untuk memonitor populasi dari banyak jenis binatang yang biasanya sulit ditemukan & dipelajari. Tujuan pemasangan kamera trap adalah mendapatkan foto yang bisa dipakai untuk mengidentifikasi binatang yang sedang dipelajari serta memilih situs lokasi yang pantas untuk memasang kamera trap. Untuk memaksimalkan keberhasilan kamera trap, sebaiknya kamera trap dipasang di area yang sering dipakai binatang yaitu : Jalur binatang, tempat permukaan dimana binatang menjilat garam (mineral) alami dan sumber air. Pengetahuan mengenai tanda-tanda yang menunjukkan kehadiran binatang diperlukan untuk menentukan lokasi kamera trap yang baik.
Petugas sedang menyetel kamera trap sebelum dipasang |
Tim peneliti dari Balitek KSDA, mereka sekolahnya tinggi-tinggi loh ada yang S2 bahkan S3 jebolan luar negeri. |
Kamera trap dipasang pada lokasi yang dinilai potensial |
Nah kini paling tidak saya mendapatkan sedikit gambaran mengenai penentuan penempatan kamera trap yang dipasang oleh teman-teman BALITEK KSDA, kamera dipasang berdasarkan keadaan lokasi sekitar, jalur binatang serta sumber air. Kamera trap ini sangat ringan dan berwarna coklat, ketika dipasang di dalam hutan nyaris tidak dikenali. Saya termasuk beruntung bisa melihat langsung bentuk kamera trap ini. Kamera ini sangat sensitif dan akan mengambil gambar berdasarkan sensor gerakan, jadi gerakan sekecil apapun akan terekam oleh kamera ini. Jadi jangan heran dari beberapa banyak gambar yang berhasil ditangkap oleh kamera trap ini, tak jarang pada gambar tersebut tidak ada hewan yang terekam. Mungkin saja kamera trap bereaksi karena daun gugur, air hujan maupun ranting pohon yang bergerak.
Setelah selesai mempersiapkan peralatan kerja untuk hari ini, kembali tim memasuki hutan kota untuk pengamatan pagi. Udara pagi hari didalam kawasan hutan memang sangat segar, hirup dalam-dalam dan penuhilah paru-parumu selagi udara masih bersih. Jejak embun pada tumbuhan bawah membasahi bumi mengantarkan kami menuju kedalam hutan ditambah lagi kepulan kabut warna putih tipis yang melayang disela pepohonan yang hijau nampak apik. Saat kami tiba di tempat dimana jaring yang dipasang coba tebak apa yang kami temukan? Ada sekawanan Kelelawar / Codot, burung hantu celepuk dan burung kutilang, namun sayang untuk burung hantu celepuk dan burung kutilang saya tidak sempat mengambil gambarnya karena sudah keburu dilepaskan oleh temen-temen peneliti. Nah khusus untuk kelelawar, merekaa tidak langsung dilepaskan ketika selesai diidentifikasi, mengapa? Karena kelelawar itu sangat reaktif, suka mengigit dan juga stamina nya kuat dibanding burung hantu celepuk atau burung kutilang.
Menurut temen-temen peneliti, didalam air liur dari kelelawar ini banyak terdapat virus berbahaya dan menular bagi manusia apabila tergigit. Salah satu virus yang dapat ditularkan akibat gigitan dari kelelawar adalah menjadi drakula Rabies, hiiiii serem kan? Jadi, kelelawar yang terjaring tetap dibiarkan menggantung agak lama sampai diperkirakan sudah agak lemas kondisinya baru kemudian dilepaskan. Untuk menjaga jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Menurut pendapat pribadiku sepintas bentuk muka dari kelelawar ini mirip seperti tikus ya, mungkin dulunya kelelawar ini ialah tikus yang mengambil pendidikan jurusan penerbangan, hehe *ngaco.
Ini dia teman mungil kita yang terjaring |
Bagaimana dengan kabar dari jebakan/perangkap untuk hewan kecil? Rupanya ada dua hewan kecil yang terjaring. Hewan apakah itu? Jreng-jreng-jreng.....
Bajing & Tikus belukar.
Tikus belukar ini bukan tikus yang biasa dirumah-rumah ya |
Ini dia Bajing yg masuk perangkap |
Ohya tadinya aku pikir Bajing itu Tupai, namun berbeda... bagi orang awam pastinya kita susah membedakannya. Memang Bajing & Tupai itu terlihat sangat sangat mirip (Squirrel & Chipmunk). Nah teman-teman peneliti kita kok bisa tahu secara pasti ya hewan yang terperangkap itu Bajing dan bukan Tupai? Apakah mereka sudah bisa langsung menebak hanya dengan melihatnya? Oh tentu tidak, jawabannya adalah ..... mereka memakai buku panduan untuk membantu mereka dalam mengidentifikasi hewan yang ditemuin sehingga hasilnya lebih akurat. Nah salah satu buku yang dipakai ialah buku "Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam". Buku ini aslinya terbit dalam bahasa Malaysia, namun dalam perkembangan & kebutuhan dilapangan bertambah, akhirnya buku itu diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Buku ini khusus membahas Mamalia yang hidup dan tersebar di pulau Kalimantan, nah seperti yang kita ketahui Kalimantan/Borneo itu sendiri sekarang terdiri dari 3 Negara (Indonesia, Malaysia & Brunei Darussalam). Gambar didalam buku itu merupakan hasil lukisan tangan loh, keren ya. Skalanya tepat, warna dan tekstur bulu juga persis sama dengan aslinya. Wahhh, bersyukur yah dengan adanya buku ini, selain sangat membantu dalam identifikasi, buku ini juga bagus untuk dibaca dan menambah pengetahuan kita tentang Mamalia pulau Kalimantan secara luas.
Buku sakti temen-temen peneliti di lapangan |
Kira-kira ini Bajing apa Tupai yaa? Ayo cari dulu di dalam buku panduan |
Aku tidak mampu membedakan antara Bajing & Tupai sebagaimana aku tidak mampu membedakan apakah aku mencintai atau membencimu.
Menurut teman-teman peneliti dari Balitek, hewan liar itu sebenarnya cukup sensitif dan mudah stress lo. Aku pikir hewan liar itu galak, beringas, tangguh, susah dijinakkan hehe. Bajing yang berhasil terjebak perangkap sepertinya sedang stress dan itu terlihat dari tidak bereaksinya ia dari sentuhan manusia. Kondisi Bajing yang seperti ini lantas dimanfaatkan untuk pengambilan dokumentasi teman-teman Balitek.
Tuh, si Bajing lagi sesi pemotretan |
Kalau untuk Tikus belukar lain lagi perlakuannya, setelah terperangkap Tikus belukar ini dimasukkan kedalam kantung plastik dan diputar-putar, tujuannya tak lain untuk menenangkan si Tikus belukar itu sendiri. Jadi pada saat pengukuran & identifikasi, si Tikus belukar tidak menjadi agresif & mencederai teman-teman peneliti. Setelah diputar-putar si Tikus Belukar menjadi lebih tenang dan itu benar-benar membantu tim untuk dapat mengukur panjang tubuh serta panjang ekor si Tikus belukar itu sendiri. *nah klo tikus rumah, biar uda dikasih racun tikus, dikasih jepitan tikus, tetep aja masih setrong gitu.
Tikus belukar dimasukkan ke dalam kantong plastik |
Di putar-putar dulu ya Tikus |
Selesai di putar-putar diukur dulu panjang tubuh & panjang ekor si Tikus Belukar tadi |
Saatnya berpose, Tikus Belukarnya jadi lebih tenang setelah diputar-putar |
Selain binatang liar, sepanjang perjalanan saya melihat ada beberapa tumbuhan yang biasanya dijual di kios-kios atau penjual tanaman hias. Rupanya memang benar, kebanyakan tanaman hias yang kita kenal sekarang dulunya merupakan tanaman liar. Seperti dua gambar dibawah ini :
Pakis Sarang Burung |
Keladi Hias |
Dahan pohon yang unik |
Jamur liar yang warnanya menyerupai pohon tempat ia bernaung |
Tengkorak monyet ekor panjang, Macaca Fascicularis. |
Dahan / batang dari tumbuhan liana |
Demikianlah perjalanan & pengalaman saya bersama teman-teman dari peneliti Balitek KSDA yang sedang bertugas mengamati & menidentifikasi keanekaragaman hayati. Tetap sayangi lingkungan sekitar kita dengan cara mudah dan praktis yakni tidak membuang sampah sembarangan.
Bagi kalian yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang kegiatan teman-teman peneliti Balitek KSDA, menyusun karya tulis, studi tentang keanekaragaman hayati, melihat koleksi herbarium maupun membaca tulisan/jurnal/buku karya mereka silahkan datang dan hubungi saja ke alamat Jl.Soekarno Hatta Km.38 Po Box 578 Balikpapan 76112 Samboja-Kalimantan Timur. Tel 0542-7217663. Email : bpt.ksda@forda-mof.org Website : www.balitek-ksda.or.id
Bagi kalian yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang kegiatan teman-teman peneliti Balitek KSDA, menyusun karya tulis, studi tentang keanekaragaman hayati, melihat koleksi herbarium maupun membaca tulisan/jurnal/buku karya mereka silahkan datang dan hubungi saja ke alamat Jl.Soekarno Hatta Km.38 Po Box 578 Balikpapan 76112 Samboja-Kalimantan Timur. Tel 0542-7217663. Email : bpt.ksda@forda-mof.org Website : www.balitek-ksda.or.id
Terimakasih dan sampai jumpa lagi di tulisan berikutnya.
Komentar
Posting Komentar