Lamin Adat Pemung Tawai. |
Sebagai orang yang pernah besar tinggal di Samarinda tapi aku baru pertama kali main ke Desa Budaya Dayak Kenyah, Pampang Samarinda Kaltim.
Mungkin karena dulu lama tinggal diSamarinda jadinya biasa aja kali ya dan gak pernah kepikiran untuk pergi kesana.
Begitu sudah tidak tinggal di Samarinda eh malah jadi kepengen main kesana. Dan yang ngajakin malah temen yang bukan orang Kalimantan.
*glek!
Okeh jadi apa sih sebenarnya Desa ini?
Jadi ini merupakan desa yang ada di Kota Samarinda. Penduduk aslinya merupakan sekelompok suku Dayak Kenyah yang berhasil pindah dari daerah asalnya di daerah perbatasan Kalimantan dan Malaysia.
Selalu takjub ama ukiran-ukiran ini. Jaman dulu gimana cara buatnya ya. |
Singkat cerita menurut penuturan pembawa acara di sini sebelum tahun 1972 suku Dayak Kenyah hidup dan tinggal di daerah Apokayan. Karena tuntutan jaman dan banyak orang sudah mulai sadar akan pendidikan dan kesehatan akhirnya para tua-tua suku sepakat untuk bermigrasi ke daerah yang lebih dekat dengan keramaian atau kota untuk memudahkan anak-anak mereka bersekolah dan jika sakit akan lebih mudah dalam pengobatannya.
Apakah Samarinda tujuan utama dan satu-satunya untuk bermigrasi? ya tentu tidak. Yang berhasil sampai dan menetap di Samarinda hanyalah sebagian kelompok yang berhasil pindah. Beberapa kelompok ada yang memutuskan untuk tinggal waktu mereka dipertengahan jalan menuju Samarinda.
Nah kelompok yang berhasil tiba di Samarinda kemudian mulai mendirikan rumah-rumah adat, mulai hidup menetap hingga akhirnya menjadi Desa Pampang.
Selain Samarinda banyak kok yang bermigrasi ke tempat lain yang kini kita kenal sebagai daerah Kutai Barat, Mahakam Ulu, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Bulungan, Berau hingga daerah Serawak dan Sabah Malaysia.
Hehe salut yaaa sama perjuangan mereka demi pendidikan. Ayoo kita generasi milenial jangan kalah dong untuk belajar.
Lanjut lagi.
Disini kami memang sengaja datang ke sini pas di hari Minggu. Karena akan ada pertunjukkan atraksi seni tarian dan musik tradisional yang akan dipertontonkan.
Menarik kan!
Semua kalangan usia suku Dayak Kenyah ini wajib menari dan bermain musik. Biar sama-sama menampilkan dan melestarikan budaya. Wuihh salut yaa.
Persiapan Menari |
Tarian pembuka malah yang mengisi kakek sepuh yang aduh aku ga tega melihatnya menari gitu. Untung ga kenapa-kenapa kakeknya. Hehehe
Ada anak-anak kecil perempuan, anak remaja perempuan, anak laki-laki dan remaja laki-laki bahkan ibu-ibu juga menari loh! Kompak.
Keren ya manik-maniknya. |
Entah kenapa aku suka liat ukiran tribal di dinding dan di baju mereka. Itu kan buatan tangan ya tapi kok bisa rapi dan cakep banget gitu lohhh.
Suku Dayak dibagian belahan bumi Kalimantan manapun selalu identik dengan bulu burung Enggang (Hornbill bird) tak terkecuali suku Dayak Kenyah ini. Biasanya bulu burung Enggang ini ditaruh ditangan penari maupun di kepala penari.
Senang liat detail manik-maniknya. |
Burung Enggang sendiripun dikeramatkan oleh mereka. Ga bisa sembarangan menangkap, memelihara atau bahkan berburu satwa ini. Selain populasinya makin berkurang penangkapan burung ini akan membunuh burung Enggang lainnya. Kok bisa? Ya bisa karena burung Enggang ini burung yang setia dengan pasangannya. Jadi begitu satu burung Enggang tidak kembali pulang maka pasangannya juga lambat laut akan mati dengan sendirinya dan anak-anak mereka juga akan ikutan mati cepat atau lambat karena orangtua mereka mati.
Saking setianya mereka menunggu. Uhhhhhh manis ya mereka.
Ohya perjalanan kesini tu sebenarnya sebagai selingan sebelum mengantar temannya teman pulang dari Bandara Samarinda (hah? maksudnya? hehe bingung yaa. sama aku jg bingung ini, pokoknya gitu lah!)
Acaranya menarik dan menyegarkan! aku suka melihatnya dan suatu saat lagi aku harus melihatnya langsung di tempat asal mereka, Apokayan!
Ukiran nya rumit tapi indah kan ya. |
Bisa simetris gini gimana yaa caranya. |
Warga Senior menari. |
Cukup menghibur. |
Komentar
Posting Komentar