Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Budaya

Mandau, senjata parang khas masyarakat Dayak Kalimantan.

 Sudah pernah dengar tentang Mandau? Mandau adalah senjata tradisional berbentuk mirip parang yang berhias indah dengan gagang terbuat dari tanduk rusa, berukir cantik dengan sarung yang terbuat dari kayu berukir indah, diwarnai sedemikian rupa dan diberi tali pengikat pada pinggang pemilik Mandau. Senjata Mandau di rumah warga kampung Long Laai, Kab Berau Kaltim. Rasanya hampir semua sub suku Dayak yang ada di Pulau Kalimantan baik yang tinggal di bagian Indonesia, Malaysia dan Brunei memiliki senjata ini. Memang penyebutan senjata Mandau pada tiap-tiap sub suku Dayak berbeda antara satu sub suku dengan sub suku Dayak lainnya. Biasanya senjata Mandau yang dijual bebas di toko adalah Mandau yang dibuat untuk maksud sebagai oleh-oleh atau cenderemata yang dipajang pada dinding rumah warga. Senjata Mandau yang asli warisan turun temurun dari orang-orang tua umumnya disimpan sebagai pusaka keluarga atau pusaka kampung dan dijaga dengan sangat baik sekali. Senjata Mandau yang dipakai sehar

Pawai BaBaDa (Banua, Bajau, Dayak) pada HUT Kabupaten Berau Kalimantan Timur.

Pawai HUT Berau ke 69 dan Kota Tanjung Redeb ke 212. Kabupaten Berau terletak di Provinsi Kalimantan Timur yang menyimpan berbagai potensi sumber daya alam melimpah dan terkenal akan destinasi wisata kelautan bahari yang sudah mendunia yaitu Pulau Derawan, Pulau Maratua, Pulau Kakaban dan Danau Labuan Cermin. BABADA (Banua, Bajau, Dayak) 3 Suku Asli Kab Berau Kaltim. Pada bulan September 2022 merupakan HUT Kabupaten Berau ke 69 dan HUT Kota Tanjung Redeb ke 212. Berbagai acara untuk meramaikan acara tersebut salah satunya dengan pawai budaya yang dimulai dari Kantor Bupati hingga ke Lapangan Battiwakal. Tentu saja 3 (tiga) suku asli Kabupaten Berau ikut berpatispasi dalam peragaan busana tradisional. 3 suku asli tersebut adalah BaBaDa (Banua-Melayu, Bajau dan Dayak) yang sudah hidup sejak beratus-ratus tahun lalu di Kabupaten Berau Kaltim. Suku Banua, yaitu Melayu Berau yang tinggal di Kabupaten Berau. Suku Banua-Melayu hidup menetap disekitar daerah Gunung Tabur (di pinggir sungai Seg

Ba' Bening Gendongan Bayi yang Cantik Berhias Manik-Manik Batik khas Dayak Kenyah Kaltim.

Ba' Bening Gendongan Bayi suku Dayak Kenyah Kaltim. Suku Dayak Kenyah yang banyak tersebar di Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau tentu saja masih memelihara tradisi pembuatan dan pemakaian gendongan anak bayi umur sekitar 6 bulan hingga umur 2 tahun. Gendongan Bening yang ada di rumah warga kampung Punan Mahkam, Kec Segah Kab Berau Kaltim. Gendongan untuk anak bayi yang disebut dengan Ba' atau Bening ini dulunya digunakan warga suku Dayak Kenyah terutama kaum ibu-ibu untuk membawa anak balita mereka ketika ibunya berladang, berkebun atau sedang berjalan beraktivitas diluar rumah. Gendongan Bening ini semakin cantik karena dihias ragam manik-manik batu yang bermotif macam-macam, ada yang bermotif hewan Harimau, Naga, motif wajah manusia, motif sulur daun pakis atau motif lainnya. Tentu saja motif gendongan Bening milik para bangsawan Dayak Kenyah yang biasa disebut Paren berbeda dengan motif gendon

Inkulturasi budaya Dayak Gaai Berau Kaltim dengan iman Katolik dalam hal kematian.

Inkulturasi Budaya Lokal dan Iman Katolik. Dalam tradisi Gereja Katolik sudah lumrah terdengar istilah Inkulturasi yang bertujuan agar iman mudah dipahami dan dihayati dalam sudut pandang masyarakat melalui budaya sendiri. Menjadi seorang Katolik tidak harus menjadi atau meniru masyarakat ala kebarat-baratan. Dalam hal tradisi budaya masyarakat yang begitu banyak dan beragam di Indonesia salah satunya adalah budaya suku Dayak di Kalimantan Timur tepatnya kampung Long Laai Kabupaten Berau juga tak luput memelihara tradisi yang masih dilakukan hingga saat ini. Kematian adalah hal yang pasti terjadi pada setiap mahluk hidup tak terkecuali manusia. Kematian merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Suku Dayak Gaai yang hidup di kampung Long Laai Kab Berau dalam menghayati peristiwa kesedihan akibat meninggalnya anggota keluarga memiliki tradisi menyalakan pelita yang berbahan bakar minyak goreng. Pelita dibiarkan menyala terus menerus 24 jam selama 40 hari masa berkabung dan diletakkan pada

Saung, topi dari daun kering khas masyarakat Dayak Kalimantan Timur.

Jika kamu pernah tinggal atau menetap di Kalimantan Timur pasti tidak asing dengan penampakan topi dari daun kering yang digunakan oleh orang dari suku Dayak Kaltim. Nama topi itu adalah Saung, Sa'ung, Saong atau Seraung tergantung tiap suku Dayak karena tiap-tiap suku Dayak masing-masing berbeda-beda dalam menyebut nama topi tsb. Topi Saung ini biasanya dibuat oleh kaum ibu-ibu di kampung, biasanya dibuat untuk keperluan sendiri seperti berladang di kebun, menangkap ikan atau sekedar merumput di halaman rumah. Topi Saung yang berwarna-warni juga dapat dijadikan hiasan dinding rumah warga. Topi Saung ini dipercantik dengan penambahan hiasan kain warna-warni sehingga semakin membuat topi ini bernilai estetik dari segi tampilan. Kreatifitas tiap pembuat topi Saung ini berbeda satu dengan lainnya, hal itu terbukti dari pemilihan kain warna-warni yang berbeda, ukuran lingkar topi Saung yang berbeda, ketebalan topi dan berbagai sulaman yang juga berbeda sehingga masing-masing Saung tida

Tas Serbaguna Anjat dari anyaman rotan khas Kalimantan

Pulau Kalimantan sebagai pulau dengan kondisi alamnya yang masih asri dan alami tentu saja memiliki berbagai nilai hasil hutan yang dapat menjadi sumber keuntungan apabila dikelola secara baik dan bijak. Rotan adalah salah satu hasil dari hutan pulau Kalimantan sehingga banyak masyarakat dari sub suku Dayak yang mengolah rotan menjadi berbagai peralatan yang multifungsi dan bernilai estetik tinggi. Tas Anjat adalah salah satu hasil dari anyaman rotan yang dibelah kecil-kecil berwarna asli cokelat muda, cokelat tua dan warna hitam hasil rendaman dan rebusan rotan dengan akar dari jenis pohon yang memang sejak dulu kala dipakai sebagai pewarna alami. Tas Anjat biasanya dipakai sebagai tas punggung untuk dipakai menyimpan alat bertani dan memancing seperti mandau (parang), jaring, umpan ikan, bibit tanaman, dsb.  Motif tas Anjat rotan ini pastinya memakai motif alami yang lumrah dipakai suku Dayak seperti motif sulur pakis, motif senjata, motif hewan dan motif kekinian sesuai selera jaman

Tradisi memanjangkan telinga wanita suku Dayak Kalimantan.

Salah satu penduduk asli pulau Kalimantan adalah suku Dayak. Kali ini bertempat di sebuah kampung di pedalaman Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur tepatnya kampung Long Laai Kecamatan Segah diriku berkesempatan menemui langsung warga asli suku Dayak Gaai yang memang sudah bermukim disitu turun temurun dengan mempertahankan warisan budaya. Bertelinga panjang adalah simbol tradisi yang ada pada masyarakat suku Dayak Gaai. Biasanya orang tua-tua yang masih terlihat memiliki daun telinga panjang dengan anting-anting yang banyak. Generasi muda umumnya sudah jarang terlihat bertelinga panjang. Bukti betapa kaya-nya nilai tradisi bangsa negara Indonesia. Semakin bangga menjadi warga Indonesia. Terima Kasih atas kesempatan yang indah ini.  Nenek suku Dayak Gaai Kampung Long Laai.

Kesenian Dayak Bahau, Kaltim

Sub Suku Dayak di Pulau Kalimantan tak terhitung sangat banyak sekali. Tiap sub suku memiliki bahasa yang berbeda, pun demikian juga dengan pakaian dan keseniannya. Sepintas terlihat sama namun sejatinya sungguh berbeda sekali. Di Kalimantan Timur ada sebuah sub suku Dayak yang mendiami kawasan hulu Sungai Mahakam, yang terkonsentrasi di Kabupaten Mahakam Ulu (Kabupaten termuda di Provinsi Kaltim). Sub suku Dayak itu adalah Dayak Bahau.  Jadi selain sub suku Dayak Kenyah adapula sub suku Dayak Bahau yang agak jarang di ketahui oleh banyak orang. Mereka juga terkenal cantik-ganteng berkulit putih bersih, memakai bulu burung Enggang sebagai asesoris, memakai manik-manik sebagai pakaian, topi, gelang, kalung dsb. Sepintas mirip sekali dengan sub suku Dayak Kenyah, yang membedakan menurut saya adalah topi yang dikenakan wanitanya, khas sekali melingkar dengan manik-maniknya. Kebetulan mereka pernah menampilkan kesenian khas Dayak Bahau di Gereja Katolik St. Theresia Balikpapan Kaltim. Disi

Titik Pendaratan Amerika di desa Wawama Morotai

Ketika Jepang berhasrat menguasai seluruh negara Asia dengan angan-angan ingin mempersatukan negara Asia untuk bangkit melawan Barat maka Jepang selalu datang ke negara Asia sebagai "Nippon Cahaya Asia". Propaganda Nippon Cahaya Asia ialah kedok semata yang aslinya sangat membuat rakyat kita sungguh sengsara menderita. Tahun 1940an Jepang mulai masuk secara paksa ke negara Asia disekitar Jepang tak terkecuali Indonesia. Ketika perang dunia II meletus dimulai dari pemboman pelabuhan Pearl Harbor milik Amerika Serikat maka peristiwa balasan selanjutnya adalah pemboman Hiroshima-Nagasaki Jepang oleh Amerika Serikat. Peristiwa diatas berlanjut melebar kemana-mana. Tentara Amerika Serikat dan sekutu mulai mengusir penjajahan Jepang di negara Asia. Di Indonesia, pulau Morotai merupakan pulau strategis dalam perang dunia II disekitar samudera Pasifik. Andaikata pulau Morotai tidak dapat direbut oleh tentara Amerika Serikat dan sekutu maka bisa jadi sejarah akan menjadi lain. Tentara

Rumah Kuno Balikpapan, Cagar Budaya

Rumah Peninggalan BPM Cagar Budaya di Kota Balikpapan Kalau lagi berada di Kota Balikpapan dan lewat ke arah jalan Prapatan maka akan terlihat deretan bangunan rumah-rumah kuno peninggalan perusahaan minyak milik Belanda BPM yang terbuat dari kayu dan berbentuk rumah panggung yang dipakai sebagai rumah dinas perusahaan. Perusahaan minyak BPM tersebut saat ini menjadi PT Pertamina RU V Balikpapan yang dikenal sebagai pemain utama industri migas nasional. Sampai sekarang rumah panggung warisan perusahaan BPM tsb masih kokoh berdiri dengan penambahan dan perbaikan di beberapa sudut namun tidak merubah bentuk asal bangunan utama.  Rumah panggung itu sempat dipakai sebagai rumah dinas bagi karyawan Pertamina yang bekerja di kota Balikpapan. Kini beberapa rumah panggung peninggalan Belanda itu beralih fungsi menjadi cagar budaya untuk dipertahankan dan dijaga bentuknya serta dibuka untuk umum sebagai tempat bersejarah yang menghiasi Kota Balikpapan. Secara singkat asal usul rumah panggung mi

Bagaimanakah Rupa Museum kota Samarinda Kaltim

Museum selain dikenal sebagai penyimpanan dan pameran benda atau barang peninggalan yang bernilai sejarah juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran, pengenalan dan catatan sejarah yang sudah terjadi hingga saat ini. Tak terkecuali Kota Samarinda yang juga telah membuat museum Kota Samarinda. Sayang saya belum sempat masuk ke dalam museum Samarinda. Waktunya masih belum pas untuk main-main ke museum. Hanya sempat memfoto plang di bagian depan museum saja. Museum Samarinda.

Menyusuri Balaikota Surakarta

Dalam perjalanan singkat di Kota Solo (Surakarta) setelah selesai dari berkunjung ke Keraton Solo yang bernuansa biru muda itu saya memutuskan pergi ke Alun-Alun Kota Solo. Areal Alun-Alun Kota Solo beneran sangat luas dan tertata rapi. Cenderung agak sepi jika dibandingkan dengan Alun-Alun Kota Jogjakarta yang taulah yaa gimana ramainya karena terlalu banyak turis lokal yang berkunjung. Alun-Alun Kota Solo sepengamatan singkat saya malahan agak jarang sekali ditemui turis domestik dari luar daerah. Lebih banyak warga lokal Kota Solo yang datang ke Alun-Alun. Sore itu sepertinya sedang ada kegiatan perkemahan pramuka dan banyak pelajar-pelajar muda yang bermalam di tenda yang mereka dirikan berbaris-baris. Beberapa kelompok pramuka banyak menampilkan kebolehan mereka dalam acara itu. Baris berbaris, peragaan sandi morse, tarian daerah, drama pertunjukkan, grup band, dll ditampilkan pada acara tsb. Bentuk bangunan utama di area Alun-Alun mmang sesuai dengan tagline Kota Solo The Spirit

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara, Kota Manado

Museum Provinsi Sulawesi Utara Berkunjung ke Manado rasanya sangat jarang sekali turis domestik yg mau berkunjung ke museum. Kurang hits dibandingkan mall, pantai, gunung dan danau. Sewaktu di Manado dan bingung mau jalan kemana, Aku iseng cek goggle maps sambil cek ada tempat menarik apa ya disekitar Kota Manado. Rupanya terdapat sebuah museum negeri milik Provinsi Sulawesi Utara. Artinya tempat itu menyimpan ragam benda dari seantero Sulawesi Utara. Mulai dari penjelasan satwa eksotis, kuburan batu khas wilayah pasifik, tradisi melaut dengan kapal khasnya, tradisi berladang, pakaian tradisional, budaya tarian dan pameran pertunjukkan permainan alat musik kolintang. Iya, petugas penjaga museum saat Aku berkunjung mereka memainkan alat musik dari bambu kolintang. Lagu-lagu asal Nasional banyak dimainkan dan sukses membuatku kagum. Dari daftar buku tamu pengunjung kebanyakan berasal dari luar Sulawesi Utara. Kubur batu di Sulawesi Utara Penjelasan perahu tradisional Teknik tenunan kain

Pura Giri Jaya Natha Balikpapan

 Berkunjung ke Pura Hindu-Bali di Balikpapan. Pre-Wed di Pura Giri Jaya Natha Balikpapan. Sekian lama tinggal di Balikpapan entah kenapa rasa penasaran akan bangunan Pura tiba-tiba melintas. Selama ini aku tidak pernah berkunjung ke rumah ibadah umat Hindu-Bali. Selain jarang dijumpai ditambah lagi jarang sekali memiliki teman seorang Hindu-Bali. Pintu depan Pura Giri Jaya Natha Balikpapan. Kali ini aku kesini karena ingin menemui pengurus atau penjaga Pura dengan maksud ingin berfoto pre-wedding disini. Heheh karena aku suka banget tema-tema pakaian dan tempat ala nusantara. Tema yang kupakai adalah pakaian ala warga Bali yang sederhana sehari-hari bukan pakaian dan rias lengkap ala pengantin sungguhan. Gapura yg penuh ukiran. Di dalam Pura ada banyak bagian-bagian area untuk sembahyang dan ada beberapa area yang memang tidak bisa dimasuki dengan alasan mutlak. Penuh ukiran ala Bali dengan kain kotak-kotak catur (poleng) dimana-mana.  Sudut di dalam pura. Biasanya ada pelajaran menari