Inkulturasi Budaya Lokal dan Iman Katolik.
Dalam tradisi Gereja Katolik sudah lumrah terdengar istilah Inkulturasi yang bertujuan agar iman mudah dipahami dan dihayati dalam sudut pandang masyarakat melalui budaya sendiri. Menjadi seorang Katolik tidak harus menjadi atau meniru masyarakat ala kebarat-baratan.
Dalam hal tradisi budaya masyarakat yang begitu banyak dan beragam di Indonesia salah satunya adalah budaya suku Dayak di Kalimantan Timur tepatnya kampung Long Laai Kabupaten Berau juga tak luput memelihara tradisi yang masih dilakukan hingga saat ini.
Kematian adalah hal yang pasti terjadi pada setiap mahluk hidup tak terkecuali manusia. Kematian merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Suku Dayak Gaai yang hidup di kampung Long Laai Kab Berau dalam menghayati peristiwa kesedihan akibat meninggalnya anggota keluarga memiliki tradisi menyalakan pelita yang berbahan bakar minyak goreng.
Pelita dibiarkan menyala terus menerus 24 jam selama 40 hari masa berkabung dan diletakkan pada tempat atau alas baki yang turun temurun diwariskan dari orang-orang tua. Bagi umat Katolik di kampung Long Laai, Pelita yang ditaruh pada alas baki itu juga diletakkan Salib Kristus, secangkir kopi, secangkir air, sebatang rokok, kapur dan daun sirih, sisir, peniti, pisau dsb.
Peletakkan Salib Kristus pada alas baki dan dengan barang-barang lain tentu saja merupakan bentuk ikulturasi budaya setempat dengan penghayatan iman Katolik akan kebangkitan dan kehidupan kekal setelah kematian.
Selama 40 hari itupula anggota keluarga yang ditinggalkan akan selalu mengingat kebaikan arwah orang yang meninggal sambil mendoakan arwah tsb supaya diberikan keselamatan dan istirahat dalam damai Tuhan.
![]() |
Pelita yang dinyalakan selama 40 hari sejak kematian anggota keluarga suku Dayak Gaai Long Laai, Berau. |
![]() |
Para pelayat yang ikut berduka. |
Komentar
Posting Komentar