Langsung ke konten utama

Postingan

Seperti apa ya kota Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara ?

Berkunjung ke Jailolo, Halmahera, Maluku Utara. Kesempatan berkunjung ke Jailolo tiba ketika diri ini mendapat jatah cuti libur yang panjang. Dengan menaiki kapal Pelni ku berangkat dari Balikpapan ke Ternate dan lanjut ke Jailolo, untuk cerita perjalanan itu dapat dibaca di sini. Kehidupan di kota Jailolo berjalan tenang dengan keseharian penduduk yang berkebun dan mencari ikan, tentu saja karena letak Jailolo berada di pesisir pantai. Jailolo di masa kejayaan VOC sungguh merupakan tanah harapan bagi penduduk Eropa yang tergila-gila akan Pala sebuah komoditas rempah-rempah yang laris manis di benua Eropa. Berbagai pelayaran yang dibiayai oleh Raja dan Ratu Eropa dilakukan dalam rangka menemukan rute jalur pelayaran ke tanah Maluku. Buah Pala yang merupakan komoditas di Jailolo. Jailolo di masa lampau adalah tanah yang ditumbuhi oleh pohon Pala secara alamiah. Tentu saja perebutan Jailolo terjadi di masa lalu. Portugis, Spanyol dan Belanda secara berturut-turut dan bergantian menduduki

Cantiknya Taman Wiluyo Puspoyudo Balikpapan di malam hari.

Berkelana di Taman Kota Balikpapan Pada Malam Hari. Ketika menyusuri ruas jalan yang lumayan tidak terlalu ramai di Jalan Wiluyo Puspoyudo maka mata ini penasaran akan deretan lampu-lampu terang dan lampion cantik disebuah taman. Namanya juga penasaran maka obatnya adalah mencoba. Kami bergegas mencari lokasi parkir kendaraan untuk berhenti dan bersiap untuk turun dan bermain sebentar di taman itu sejenak. Pengunjung tidak terlalu ramai, disini di sekitar taman ini banyak penjual makanan seperti Bakso, Nasi Goreng, Pisang Molen, Keripik yang rutin berjualan ketika senja-larut malam. Kalau pagi-sore hari ya taman ini sepi tiada penjual makanan tersebut. Mereka tidak mendirikan lapak atau tenda semi permanen di sekitar taman. Taman di kota Balikpapan ada banyak sekali dan memang sangat terawat. Kota Balikpapan suka sekali dengan namanya Ruang Terbuka Hijau dan Pepohonan rindang merupakan ciri khas kota Balikpapan yang memang sangat memperhatikan kerapian dan keindahan sudut kota. Kejar B

Senja nan manja Pantai Kilang Mandiri kota Balikpapan Kaltim.

 Pantai Balikpapan Di Tengah Kota. Sebagai kota yang terletak di pesisir pantai maka tak heran bila Kota Balikpapan bersebelahan dengan pantai di sekitarnya. Salah satu pilihan alternatif dalam berwisata pantai maka bisa dicoba pantai yang ada di tengah kota Balikpapan yakni pantai Kilang Mandiri yang terletak persis di seberang lapangan Merdeka. Pantai Kilang Mandiri merupakan pantai dengan berbagai fasilitas hiburan yang dimiliki dan dikelola oleh PT Pertamina yang memang sudah sejak dahulu kala sudah beroperasi di kota Balikpapan. Pantai Kilang Mandiri dengan bean bag- nya. Sekarang kalau wisata ke pantai tak perlu jauh-jauh ke pantai Manggar yang ada di daerah Balikpapan Timur yang lumayan cukup jauh dicapai dari pusat kota Balikpapan. Pantai Kilang Mandiri sekarang sudah sangat baik sekali pengelolaannya, sampah yang hanyut oleh arus laut dan terdampar di pantai setiap pagi rutin dibersihkan dan dibuang oleh petugas pantai Kilang Mandiri. Terdapat berbagai tenant penjual makanan r

Mandau, senjata parang khas masyarakat Dayak Kalimantan.

 Sudah pernah dengar tentang Mandau? Mandau adalah senjata tradisional berbentuk mirip parang yang berhias indah dengan gagang terbuat dari tanduk rusa, berukir cantik dengan sarung yang terbuat dari kayu berukir indah, diwarnai sedemikian rupa dan diberi tali pengikat pada pinggang pemilik Mandau. Senjata Mandau di rumah warga kampung Long Laai, Kab Berau Kaltim. Rasanya hampir semua sub suku Dayak yang ada di Pulau Kalimantan baik yang tinggal di bagian Indonesia, Malaysia dan Brunei memiliki senjata ini. Memang penyebutan senjata Mandau pada tiap-tiap sub suku Dayak berbeda antara satu sub suku dengan sub suku Dayak lainnya. Biasanya senjata Mandau yang dijual bebas di toko adalah Mandau yang dibuat untuk maksud sebagai oleh-oleh atau cenderemata yang dipajang pada dinding rumah warga. Senjata Mandau yang asli warisan turun temurun dari orang-orang tua umumnya disimpan sebagai pusaka keluarga atau pusaka kampung dan dijaga dengan sangat baik sekali. Senjata Mandau yang dipakai sehar

Pawai BaBaDa (Banua, Bajau, Dayak) pada HUT Kabupaten Berau Kalimantan Timur.

Pawai HUT Berau ke 69 dan Kota Tanjung Redeb ke 212. Kabupaten Berau terletak di Provinsi Kalimantan Timur yang menyimpan berbagai potensi sumber daya alam melimpah dan terkenal akan destinasi wisata kelautan bahari yang sudah mendunia yaitu Pulau Derawan, Pulau Maratua, Pulau Kakaban dan Danau Labuan Cermin. BABADA (Banua, Bajau, Dayak) 3 Suku Asli Kab Berau Kaltim. Pada bulan September 2022 merupakan HUT Kabupaten Berau ke 69 dan HUT Kota Tanjung Redeb ke 212. Berbagai acara untuk meramaikan acara tersebut salah satunya dengan pawai budaya yang dimulai dari Kantor Bupati hingga ke Lapangan Battiwakal. Tentu saja 3 (tiga) suku asli Kabupaten Berau ikut berpatispasi dalam peragaan busana tradisional. 3 suku asli tersebut adalah BaBaDa (Banua-Melayu, Bajau dan Dayak) yang sudah hidup sejak beratus-ratus tahun lalu di Kabupaten Berau Kaltim. Suku Banua, yaitu Melayu Berau yang tinggal di Kabupaten Berau. Suku Banua-Melayu hidup menetap disekitar daerah Gunung Tabur (di pinggir sungai Seg

Ba' Bening Gendongan Bayi yang Cantik Berhias Manik-Manik Batik khas Dayak Kenyah Kaltim.

Ba' Bening Gendongan Bayi suku Dayak Kenyah Kaltim. Suku Dayak Kenyah yang banyak tersebar di Kabupaten Mahakam Ulu, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau tentu saja masih memelihara tradisi pembuatan dan pemakaian gendongan anak bayi umur sekitar 6 bulan hingga umur 2 tahun. Gendongan Bening yang ada di rumah warga kampung Punan Mahkam, Kec Segah Kab Berau Kaltim. Gendongan untuk anak bayi yang disebut dengan Ba' atau Bening ini dulunya digunakan warga suku Dayak Kenyah terutama kaum ibu-ibu untuk membawa anak balita mereka ketika ibunya berladang, berkebun atau sedang berjalan beraktivitas diluar rumah. Gendongan Bening ini semakin cantik karena dihias ragam manik-manik batu yang bermotif macam-macam, ada yang bermotif hewan Harimau, Naga, motif wajah manusia, motif sulur daun pakis atau motif lainnya. Tentu saja motif gendongan Bening milik para bangsawan Dayak Kenyah yang biasa disebut Paren berbeda dengan motif gendon

Inkulturasi budaya Dayak Gaai Berau Kaltim dengan iman Katolik dalam hal kematian.

Inkulturasi Budaya Lokal dan Iman Katolik. Dalam tradisi Gereja Katolik sudah lumrah terdengar istilah Inkulturasi yang bertujuan agar iman mudah dipahami dan dihayati dalam sudut pandang masyarakat melalui budaya sendiri. Menjadi seorang Katolik tidak harus menjadi atau meniru masyarakat ala kebarat-baratan. Dalam hal tradisi budaya masyarakat yang begitu banyak dan beragam di Indonesia salah satunya adalah budaya suku Dayak di Kalimantan Timur tepatnya kampung Long Laai Kabupaten Berau juga tak luput memelihara tradisi yang masih dilakukan hingga saat ini. Kematian adalah hal yang pasti terjadi pada setiap mahluk hidup tak terkecuali manusia. Kematian merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Suku Dayak Gaai yang hidup di kampung Long Laai Kab Berau dalam menghayati peristiwa kesedihan akibat meninggalnya anggota keluarga memiliki tradisi menyalakan pelita yang berbahan bakar minyak goreng. Pelita dibiarkan menyala terus menerus 24 jam selama 40 hari masa berkabung dan diletakkan pada

Saung, topi dari daun kering khas masyarakat Dayak Kalimantan Timur.

Jika kamu pernah tinggal atau menetap di Kalimantan Timur pasti tidak asing dengan penampakan topi dari daun kering yang digunakan oleh orang dari suku Dayak Kaltim. Nama topi itu adalah Saung, Sa'ung, Saong atau Seraung tergantung tiap suku Dayak karena tiap-tiap suku Dayak masing-masing berbeda-beda dalam menyebut nama topi tsb. Topi Saung ini biasanya dibuat oleh kaum ibu-ibu di kampung, biasanya dibuat untuk keperluan sendiri seperti berladang di kebun, menangkap ikan atau sekedar merumput di halaman rumah. Topi Saung yang berwarna-warni juga dapat dijadikan hiasan dinding rumah warga. Topi Saung ini dipercantik dengan penambahan hiasan kain warna-warni sehingga semakin membuat topi ini bernilai estetik dari segi tampilan. Kreatifitas tiap pembuat topi Saung ini berbeda satu dengan lainnya, hal itu terbukti dari pemilihan kain warna-warni yang berbeda, ukuran lingkar topi Saung yang berbeda, ketebalan topi dan berbagai sulaman yang juga berbeda sehingga masing-masing Saung tida

Tas Serbaguna Anjat dari anyaman rotan khas Kalimantan

Pulau Kalimantan sebagai pulau dengan kondisi alamnya yang masih asri dan alami tentu saja memiliki berbagai nilai hasil hutan yang dapat menjadi sumber keuntungan apabila dikelola secara baik dan bijak. Rotan adalah salah satu hasil dari hutan pulau Kalimantan sehingga banyak masyarakat dari sub suku Dayak yang mengolah rotan menjadi berbagai peralatan yang multifungsi dan bernilai estetik tinggi. Tas Anjat adalah salah satu hasil dari anyaman rotan yang dibelah kecil-kecil berwarna asli cokelat muda, cokelat tua dan warna hitam hasil rendaman dan rebusan rotan dengan akar dari jenis pohon yang memang sejak dulu kala dipakai sebagai pewarna alami. Tas Anjat biasanya dipakai sebagai tas punggung untuk dipakai menyimpan alat bertani dan memancing seperti mandau (parang), jaring, umpan ikan, bibit tanaman, dsb.  Motif tas Anjat rotan ini pastinya memakai motif alami yang lumrah dipakai suku Dayak seperti motif sulur pakis, motif senjata, motif hewan dan motif kekinian sesuai selera jaman

Tradisi memanjangkan telinga wanita suku Dayak Kalimantan.

Salah satu penduduk asli pulau Kalimantan adalah suku Dayak. Kali ini bertempat di sebuah kampung di pedalaman Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur tepatnya kampung Long Laai Kecamatan Segah diriku berkesempatan menemui langsung warga asli suku Dayak Gaai yang memang sudah bermukim disitu turun temurun dengan mempertahankan warisan budaya. Bertelinga panjang adalah simbol tradisi yang ada pada masyarakat suku Dayak Gaai. Biasanya orang tua-tua yang masih terlihat memiliki daun telinga panjang dengan anting-anting yang banyak. Generasi muda umumnya sudah jarang terlihat bertelinga panjang. Bukti betapa kaya-nya nilai tradisi bangsa negara Indonesia. Semakin bangga menjadi warga Indonesia. Terima Kasih atas kesempatan yang indah ini.  Nenek suku Dayak Gaai Kampung Long Laai.