Langsung ke konten utama

Taman Wisata Alam Angke Kapuk, rindangnya Mangrove ditengah ibukota Jakarta


Jakarta....
Apasih bagusnya Jakarta?
Liburan kok ke Jakarta?

Eits... ini bukan liburan tapi ini bagian dari pekerjaan yang mengharuskan aku pergi ketempat pengelolaan mangrove / bakau di kota Jakarta.


Kalau cuman pohon mangrove ngapain ke Jakarta? Kenapa ga ke daerah lainnya yang memang wilayah pesisir yang merupakan habitat asli mangrove?

Salah satunya ialah karena Jakarta termasuk berhasil mengembalikan lahan mangrove yang rusak dan juga Jakarta sebagai kota megapolitan namun tetap berusaha melestarikan habitat mangrove yang ada di wilayahnya.

 Bukankah aspek lingkungan juga perlu diperhatikan ya dalam pengelolaan sebuah wilayah? Keseimbangan itu perlu sekali. Jangan sampai alam dirusak akibat pembukaan lahan besar-besaran yang tidak melakukan kajian lingkungan terlebih dahulu. Yang rugi nanti manusianya sendiri.


Di pesisir utara Jakarta terdapat sebuah lokasi pengelolaan lahan mangrove yang juga dibuka sebagai tempat wisata yang dikelola oleh swasta, nama tempat itu adalah.. Taman Wisata Alam Angke Kapuk...


Peta area Taman Wisata Alam Angke Kapuk



Berada di daerah elit perumahan dan pusat bisnis seakan-akan menyembunyikan kehadirannya... Siapa sangka masih ada tempat yang sejuk di ibukota.


Jalan Kenangan, haha.


 
Tidak sulit menuju lokasi ini, dari bandara Soekarno Hatta juga dekat. Tinggal pasang aplikasi ajaib google maps semua pasti beres dan lanjar jaya sentosa.

Tiba digerbang depan suasana berbeda terlihat, tiada deretan gedung beton pencakar langit, semuanya pepohonan.


Papan nama pohon bakau.


Tempat wisata yang dikelola swasta umumnya lebih menarik dan bervariasi fasilitasnya. Benar saja, untuk masuk pun kami ditegaskan untuk tidak boleh membawa kamera. Entah kamera saku, kamera digital apalagi kamera tele profesional itu, kecuali membayar uang sebesar Rp 1.500.000. 

Mikir dua kali deh kalau bukan kita-kita yang bukan potografer profesional alias cuman hobi foto-foto doang. Tampaknya pengelola tidak membedakan mana pengunjung yang datang untuk bekerja sebagai fotografer atau pengunjung yang kebetulan memiliki kamera profesional namun tidak untuk digunakan sebagai pekerjaan komersil, melainkan untuk menyalurkan hobi seperti pengamatan burung, hewan liar dll dengan menggunakan kamera lensa tele. Bagaimana untuk kamera HP/Gadget? itu tidak masyalaaah, aman aja itu.


Mau kemana kita?

Peringatan :  meski barang bawaan tidak diperiksa petugas, jangan coba-coba menyembunyikan/membawa masuk kamera digital (kamera saku, kamera DSLR, kamera film, Go Pro, dll), petugas sering berpatroli keliling area, jika ketahuan membawa akan dikenakan biaya sebesar 1.500.000, wihhh ngeri gak tuh?


Ada banyak rombongan mahasiswa, instansi pemerintah maupun swasta yang berkunjung, semuanya terlihat dari banyaknya bis-bis yang terparkir yang bertuliskan dari instansi mana mereka berasal. 

Pengunjung banyak yang antri untuk berfoto disini.


Pengelola tidak memberi peta panduan pada setiap pengunjung yang datang, sehingga banyak pengunjung yang bingung mau ke arah mana dan banyak yang ragu untuk mencoba rute-rute yang terlihat sepi alias tidak terlihat kerumunan orang. (takut tersesat, takut salah jalan).


Aku suka sekali di sini, udaranya segar, sunyi dan bebas dari suara klakson kendaraan, suara mesin kendaraan, kondisi kebersihannya juga sangat terjaga. Ada banyak sekali fasilitas / bangunan unik yang terdapat didalam area ini. Entah sebagai penginapan, tempat untuk pertemuan, rapat, ulangtahun, pernikahan, outbond, dll. 


Yuk nikah ditempat seperti ini, uppps.

Karena pengunjung tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman dari luar, maka pengelola pun menyediakan kantin yang menjual makanan dan minuman ringan. Furnitur dan bangunannya pun terbuat dari kayu, sehingga kesan back to nature-nya dapat. 


Kantin terbuka

 
Yang sangat aku sayangkan saat itu ketika aku berkunjung... adanya monyet yang dipelihara dalam kandang dan kondisinya memprihatinkan... kurus banget kayak gak dikasi makan, terus air minum juga kayaknya enggak ada didalam kandang, sampai monyetnya itu nyiduk-nyiduk air tampungan hujan yang ada diluar kandang pakai tangannya untuk disuap ke mulutnya sendiri.  Kayak gak niat dipelihara gitu. Padahal semua fasilitas oke, tiket masuk pun tidaklah murah, tapi... ah sudahlah,,

Monyet merana, kasian banget, tempat minumnya diluar kandang.


Pengunjung pun beragam, ada yang anak muda, orang tua, keluarga, pasangan, mahasiswa, dll. Serasa bukan di ibukota deh. Waktu serasa tidak berlaku disini, semuanya santai. Aku sangat menyukai suasananya.

Mau berkemah disini bisa kok.

Mereka memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat dari sekitar seperti bambu, batang pohon, kantong plastik jumbo bag untuk dimanfaatkan sebagai fasilitas kursi, penghalang sampah yang mengapung di air agar tidak tersangkut di akar pohon bakau, pot bunga, dll.

Kreatifitasnya tinggi sekali pengelola tempat ini. Kemana mata memandang selalu aja ada spot-spot keren.

Akhirnya waktu jualah yang memisahkan aku dan mengunjungi tempat ini aku menjadi percaya bahwa kerusakan lingkungan itu dapat dipulihkan asal dilakukan dengan tekun, ikhlas dan berkelanjutan serta memerlukan keseriusan semua pihak.



Rindang kan.


Capek jalan? yuk duduk dulu.


Banyak jalan bercabang, bingung nih mau kearah mana.


Buah apa ini ya? Entahlah..


Keren ini gapuranya.


Latar belakang berupa apartemen.


Ini buah apa ya kira-kira?


Area perkemahan.


Arena bermain.


Rumah segitiga kali ya ini.


Kayak gini ni dalamnya rumah segitiga itu.


Latar belakang gedung bertingkat ini merusak foto aja.

Gedung ini kataya juga disewakan.


Air beriak tanda tak dalam & air ini tidak ada riak, bisa jadi sangat dalam perairan ini.


Karung jumbo bag dijadikan pot bunga.


Karung bekas dimanfaatkan jadi pot, unik ya.


Batang kayu pohon dijadikan kursi.


Ikut abang naik kapal mau?


Sandaran hati, uupps.. sandaran kapal maksudnya.


Entahlah ini apa nama dan fungsinya.


Pembibitan mandiri tanaman bakau.


Area mangrove ini dikepung hutan beton bertulang.



Marilah pulang, sayonara!

Komentar

Bacaan Terpopuler Blog Ini

Berlayar dengan kapal KM. Labobar dari Balikpapan - Pantoloan - Bitung - Ternate (Part 1)

Pelabuhan Semayang Balikpapan Hai semuanya kali ini aku menulis tentang pengalamanku ketika pergi berlayar menuju Ternate dari kotaku Balikpapan dengan kapal KM Labobar Lah kok bisa ya naik kapal? emang liburnya berapa lama? terus kok bisa pas jadwal libur dengan jadwal kapal? Hehe akan kuceritakan asal muasal kenapa aku bisa pergi liburan dengan berlayar bersama KM. Labobar. Jadi pada akhir Januari 2019 itu aku sudah bisa libur selama 14 hari kalender (2 minggu).  Bingung kan mau libur pergi kemana. Mau pulang ke Samarinda ah terlalu sering dan sudah biasa. Gak perlu nunggu libur panjang kan aku bisa pulang ke Samarinda. Terus cek-cek lagi jadwal ke Bongao, Tawi-Tawi (Filipina) via Sandakan Malaysia kok menarik yaaa.. eh gak taunya dekat hari libur tiba-tiba di berita muncul kabar bahwa di daerah Sandakan khususnya Filipina bagian selatan lagi ricuh akibat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Filipina. Ada pengeboman rumah ibadah s

Balikpapan rasa Thailand, Mahavihara Buddha Manggala.

Arca Buddha Sukhotai yang di datangkan dari negara Thailand. Kala itu berawal dari rasa penasaran setelah sering melihat dari kejauhan dalam bis Balikpapan-Samarinda yang sering saya tumpangi, tampak samar-samar suatu bangunan menara berkilau emas diantara pepohonan dan hutan diruas jalan menuju kota Samarinda. Saat itu saya belum mengetahui jika tempat itu merupakan sebuah tempat peribadatan umat Buddhis, berbekal sepeda motor dan di pupuk oleh rasa keingintahuan yang besar, maka sore itu saya memutuskan mencari tahu apakah gerangan bangunan menara yang berkilau emas itu? Kebetulan tempat tinggal saya berada tidak jauh dari spot dimana saya suka melihat bangunan menara emas jika saya sedang dalam perjalanan menuju kota Samarinda. Berbekal sedikit informasi yang saya dapatkan, pelan-pelan saya menyusuri jalan menuju tempat misterius itu. Rasanya seperti lagi treasure hunt , sebentar-sebentar berhenti di pinggir jalan untuk mengamati apakah saya berada pada jalur yang benar

Jembatan Pulau Balang (Balikpapan-Penajam Paser Utara)

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman ketika berkunjung ke Pulau Balang, tempat dimana rencana-nya akan di bangun sebuah jembatan penghubung antara kota Balikpapan dan kab. Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Seperti yang kita ketahui Balikpapan ialah sebagai salah satu pintu gerbang masuknya orang maupun barang dari dan ke Kalimantan Timur. Hal ini terbukti dengan adanya fasilitas Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan & Pelabuhan Laut Semayang, walaupun secara administrasi kota Balikpapan bukanlah ibukota provinsi Kalimantan Timur melainkan kota Samarinda, namun banyak warga pendatang yang mengira bahwa kota Balikpapan ialah ibukota provinsi. Salah satu pesawat sedang parkir di dekat garbarata Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan Gedung Pelabuhan Semayang Balikpapan Singkat cerita, biasanya perpindahan barang & manusia dari kota Balikpapan-kab.Penajam Paser Utara menggunakan moda transportasi penye

Baju Barong Tagalog Pakaian Tradisional Pria Filipina

Barong Tagalog, pakaian pria nasional di Filipina. Sejarah :  Saat pendudukan lebih dari 300 tahun oleh Spanyol di Filipina (1561-1889) penduduk pria lokal Filipina wajib memakai baju yang sekarang dinamakan Barong Tagalog.  Barong Tagalog adalah baju pria berkerah yang tidak dimasukkan kedalam celana, tidak berkantung juga transparan / tembus pandang.  Baju ini dimaksudkan untuk mencegah orang Filipina menyembunyikan sesuatu dalam kantong bajunya, entah barang curian atau senjata tajam. Spanyol mewajibkan pemakaian baju ini kepada semua orang Filipina tanpa peduli tingginya jabatan mereka di masyarakat guna menunjukkan perbedaan antara orang Spanyol yang kaya raya dengan penduduk miskin Filipina.  Setelah Filipina merdeka, presiden mereka Manuel Quezon mempopulerkan pemakaian baju ini. Sebelumnya baju ini identik dengan kelas bawah. Ketika dipopulerkan oleh presiden dengan cara selalu memakai baju ini pada acara resmi kenegaraan maka baju ini pun semaki

Bangkok DMK (Don Mueang Airport)

DMK = Don Mueang Airport, Bangkok. Dari dan menuju Bangkok Thailand lewat jalur udara biasanya ada dua pilihan yakni melalui Bandara Suvarnabhumi BKK atau Don Mueang DMK. Kedua bandara ini sama-sama berada di Bangkok lantas bedanya apa? Nah bedanya : a. Bandara Suvarnabhumi BKK merupakan bangunan fasilitas bandara yang baru dibangun dan diperasikan beberapa tahun yang lalu dan hanya dapat didarati oleh penerbangan / maskapai non low budget carrier. Biasanya maskapai yang mendarat disini merupakan National Flag Carrier kayak Garuda Indonesia, Malaysia Airlines, Royal Brunei, Thai Airways dll. Penerbangan kelas premium lah ya. Ditambah bandara ini berada persis ditengah kota Bangkok dengan segala mode transportasi dari dan kesini sungguh beragam dan mudah didapat. Fasilitas dan sarana bandara juga paling terkini. b. Bandara Don Mueang DMK merupakan bandara Internasional tertua didunia dibuka bulan Maret 1914 dan juga di Asia tentunya. Awalnya Bandara ini merupak

Filipina sang kembaran nusantara terletak di utara Indonesia bagian 1.

Filipina, persis seperti di Indonesia Katedral Manila, statusnya sebagai  Minor Basilica  diluar Eropa. Going north why not?  Filipina.... Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata "Filipina"? Kalau saya sendiri sih lebih karena penasaran dengan Negeri yang berada di sebelah utara Indonesia. Manny Pacquiao, Rodrigo Duterte, Ferdinand Marcos, Imelda Marcos, Maribeth "Denpasar Moon" adalah sederet nama-nama yang melekat erat pada ingatanku hingga kini. Bendera Filipina berkibar dikota Manila Banyak yang bilang jika Malaysia & Indonesia merupakan satu rumpun alias memiliki akar yang sama, bahasa yang hampir sama, kebudayaan yang juga  bisa dibilang hampir sama dengan daerah di Sumatera. Namun kita sering melupakan atau bahkan bisa dibilang tidak begitu familiar dengan Filipina. Bagiku Filipina itu sendiri seperti Indonesia yang kedua, atau bahkan rasanya seperti masih berada di Indonesia. Manila, ibukota Filipina. Sejarah dulunya merupakan wilayah da

Berlayar dengan kapal KM. Labobar dari Balikpapan - Pantoloan - Bitung - Ternate (Part 2)

Selamat tinggal Pantoloan Halooo. Kembali lagi pada postingan lanjutan pengalaman pergi berlayar naik kapal Labobar dari Balikpapan-Pantoloan-Bitung-Ternate bagian ke-2. Bagi kalian yang belum membaca kisah ini di bagian ke-1 tentang awal mula kenapa aku memulai perjalanan ini? Silahkan klik link disini . Setelah semua penumpang sudah naik keatas kapal. Tiba saatnya kapal Labobar ini melanjutkan pelayarannya lagi menuju pelabuhan berikutnya yaitu Bitung! ohya sebagai informasi sekarang PT.Pelni menghapus layanan tiket kelas yang mendapat kamar. Semua dipukul rata menjadi kelas ekonomi. Hehehe aku sih senang-senang aja. Saat kapal mulai menjauh dari Pantoloan maka aku dan teman-teman baru yang kukenal tadi saling bercerita lebih lanjut sepanjang perjalanan.  Mulai dari pertanyaan basa-basi seperti nama siapa, asal darimana, mau kemana, tujuannya apa kesana, kerja apa dan pertanyaan-pertanyaan yang gak berbobot lainnya. Coba pertanyaannya tuh berbobot kayak : &

Perjalanan darat dari Jailolo ke Tobelo, Halmahera Barat, Maluku Utara

Jailolo ke Tobelo via darat. Setelah berhasil menyeberang dari pulau Ternate ke Jailolo di pulau Halmahera, maka selanjutnya untuk menuju ke Tobelo bisa dilakukan melalui jalur darat, melintasi areal luas yang hijau dengan sedikit permukiman di kiri-kanan jalan. Luasnya wilayah yang masih belum di jadikan permukiman semakin menambah kedamaian di tempat itu. Setelah lewat hutan-hutan eh tiba-tiba langsung disuguhi pemandangan seperti ini. Hai semua. Ketemu lagi pada postingan baru ini. Jadi ceritanya tuh waktu liburan di Jailolo di Halmahera Barat selama beberapa hari aku lanjut lagi ke kota Tobelo di Halmahera Utara. Aksesnya kalau dari Jailolo cuma bisa lewat darat.  Perjalanan darat dari Jailolo ke Tobelo ditempuh selama empat jam. Hehehe. Kalo kata warga lokal sih itu lama banget yah perjalanan darat itu tapi kalo buatku sih oke-oke aja. Malah gak kerasa lama tuh mungkin karena baru pertama kali menempun jalan darat kali ya. Jalan raya sudah sangat bagus loh. Le

Liburan di hulu sungai Mahakam, Kutai Barat Kaltim

Jembatan yang membelah pedalaman Sungai Mahakam. Ketemu lagi semuanya. Apa kabar kalian semua? Kali ini aku akan membagikan pengalaman masuk ke hulu sungai Mahakam, melawan arus menuju Melak, Kab. Kutai Barat Kaltim. Dulu banget waktu masih kecil dan tinggal di kota Samarinda aku sering mendengar yang namanya Melak atau kadang orang-orang Dayak asal Kutai Barat yang tinggal dan menetap di kota Samarinda selalu bilang istilah "pergi ke Hulu" kalau mereka mau pulang kampung ke Melak Kutai Barat. Nama "Melak" lebih familiar daripada nama "Sendawar", padahal sih sebenarnya ibukota kab Kutai Barat ialah Sendawar. Tapi entah kenapa orang-orang selalu mengatakan "mau pergi ke Melak" daripada "mau pergi ke Sendawar". Waktu itu aku sama sekali tidak ada bayangan akan mengunjungi Kutai Barat bahkan sekedar berkhayal pun tidak. Kebanyakan temen-temen atau tetangga saya yang orang Dayak waktu di kota Samarinda merupakan warga suku

Gerakan Jelantah 4 Change. Peduli Minyak Jelantah Balikpapan.

Sang pencetus ide Jelantah 4 Change. Minyak Jelantah..... Apa yang pertama kali kalian pikir ketika mendengar kata tsb? Yap.. Minyak Jelantah adalah minyak goreng yang telah terpakai untuk menggoreng makanan berkali-kali dengan ciri khas berbau tidak enak, gosong, berwarna gelap bahkan paling parah berwarna hitam. Minyak jelantah yang sudah dipakai menggoreng lebih dari 2x atau sudah dipakai menggoreng 1x dengan suhu yang panas dan waktu yang lama sebenarnya secara ikatan kimia sudah rusak. Minyak goreng sudah menjadi tidak sehat lagi. Ia berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi manusia seperti radang tenggorokan, batuk, gatal pada tenggorokan, kolestrol naik, pencetus darah tinggi, pusing sakit kepala dan paling parah sakit jantung. Hiiii serem kan? Mungkin untuk pemakaian pribadi masih bisa kita kontrol dengan cara selalu rutin mengganti minyak goreng yang sudah terpakai dengan yang baru. Memang sih lebih mahal karena lebih sering membeli minyak