Langsung ke konten utama

Sensasi lari mengejar jadwal kereta di Jakarta

Dianterin ke Stasiun terdekat dari Ciledug.
Gimana rasanya kalau kita sedang dikejar jadwal kereta yang mepet namun kita masih berada jauh sekali dari stasiun keberangkatan, terjebak macet, baterai HP sekarat ?

Wihhh rasanya itu deg-degan, jantung mau copot, ga tenang, gak fokus, ditambah lagi dengan sensasi lari-lari kayak orang gila di stasiun!

Sampai di stasiun kudu antri lagi karena belum beli tiket komuter. Duhhh... pengalaman tidak terlupakan itu mah.

Ceritanya saya harus berangkat dari stasiun Gambir menuju stasiun Cirebon pada jam 17.20 nah sedangkan di jam 16.00 itu saya masih berada di daerah Ciledug Tangerang!

AAAhhhh benar-benar ini adalah perjalanan yang tidak disiapkan dengan sangat baik. 

Dari Ciledug menuju Stasiun Pondok Ranji pun memakan waktu sekitar 30 menit.
Stasiun Pondok Ranji
Setelah tiba di Pondok Ranji maka saya harus antri lagi untuk membeli tiket komuter tujuan Stasiun Gambir.

Nah celakanya lagi tujuan Stasiun Gambir merupakan stasiun yang tidak akan menjadi tempat perhentian kereta komuter. Jadi kalau mau ke gambir harus turun di stasiun sebelum Gambir atau sesudah Gambir!

Peron seberang.

Turun lewat terowongan bawah tanah menuju peron sebelah.

Akhirnya saya disarankan untuk turun di Stasiun Juanda, Stasiun setelah Gambir.
Seperti biasa ketika naik kereta Komuter selalu saja berdempet-dempetan penuh kehangatan antar penumpang.


Empet-empetan didalam kereta Komuter.
Awalnya semua berjalan mulus. Ketika saya ganti koridor kebetulan kereta tujuan saya selalu ada terus. Saya tak perlu lama menunggu kedatangan kereta tsb.


Ketika berganti kereta tujuan Gambir, suasana didalam komuter mendadak sepi drastis karena para pekerjanya lebih banyak kearah sebaliknya (Jakarta Kota-Pinggiran Jakarta). Karena saya tujuan ke pusat kota maka suasana sungguh terbalik drastis.

Suasana lengang dalam Komuter

Menuju pusat Jakarta dijam sore hari malah sepi penumpang.

NAHAS nya.... ketika hampir tiba di Gambir. Kereta Komuter saya berhenti lama untuk menunggu jalur kereta dari dan ke arah Gambir sepi. Info yang saya dengar kereta komuter ini mengakah terhadap kereta antar kota yang berangkat dari dan ke Gambir!

Narsis dulu.
Ahhhh... saya sudah pasrah begitu dapat kabar bahwa kereta yang akan saya tumpangi menuju Cirebon sudah berangkat. Saya dapat kabar dari pesan instan bahwa kereta sudah melaju.

Kaki saya langsung lemes.

Yasudah... barangkali semua ini ada maksudnya.



Akhirnya dengan bersusah payah kereta komuter saya tiba di Stasiun Juanda yang tidak terlalu besar ini. Saya tiba pas dengan waktu sembayang Magrib. Salah satu pemandangan yang bikin adem ialah para pengunjung siapapun itu, tua-muda, pekerja-mahasiswa para lelaki sholat berjamaah di Stasiun Juanda.

Kesibukan Jakarta tetap tidak membuat mereka lupa akan kewajiban untuk beribadah.

Stasiun Juanda, jangan lupa sembayang Maghrib ya.

Akhirnya setelah saya keluar dari stasiun Juanda saya melangkah ke koridor Transjakarta dengan niat ingin naik bis tujuan Stasiun Gambir. Namun apadaya kata sang petugas lebih baik jalan kaki saja karena cukup dekat dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Daripada naik bis Transjakarta yang ada saya malah akan berputar-putar dijalan malah semakin lama tibanya.


Yahh sudah basah sekalian saja saya berenang pikirku. 

Akhirnya saya berjalan kaki dibawah jalan layang menerobos masuk kesela-sela lingkungan kumuh dan gelap yang belum pernah saya temui sebelumnya. Cukup seram sih, takut kenapa-kenapa dijalan. Takut berhadapan dengan preman. Namun saya cuek saja dan semakin menambah kecepatan kaki untuk melangkah.

Bagus niih pesannya.
Di kiri-kanan saya banyak sekali gerobak pedagang kaki lima berjejer tidak dipakai dan diikat di pagar. 

Ternyata masih ada pemandangan seperti ini disudut pusat ibukota Indonesia, Jakarta.

Bersyukurlah saya tinggal di daerah yang tidak sampai seperti ini. 

Jakarta oh Jakarta!

Macet, kotor, canggih, mewah, kaya, miskin, pejabat, rakyat, banjir, rusuh, sukses, harapan, kekecewaan semua menjadi satu.

Asap debu peluh selalu membayangi para manusianya setiap berangkat maupun pulang kerja.


Aku tak sanggup jika harus tinggal dan bekerja di Jakarta.

Tidak bagus untuk perkembangan jiwa dan mentalku.

Semua serba terburu-buru. Tidak bisa menikmati hidup. Apalagi tidur siang? Sepertinya susah dilakukan di Jakarta.

Hingga tak terasa saya tiba di Stasiun Gambir dengan berjalan kaki. Rasanya saya sangat senang, bersyukur dan bahagia. Saya mampu tiba dengan cara saya sendiri.

Banyak jalan menuju Roma itu sangat benar sekali.

Stasiun Gambir aku tiba.

Setelah mengisi perut, membeli tiket kereta selanjutnya saya langsung naik menuju peron keberangkatan di lantai 3. Cirebon aku datang.

Selamat tinggal ibukota Indonesia, Jakarta. Aku tak mencintaimu.


Komentar

Bacaan Terpopuler Blog Ini

Berlayar dengan kapal KM. Labobar dari Balikpapan - Pantoloan - Bitung - Ternate (Part 1)

Pelabuhan Semayang Balikpapan Hai semuanya kali ini aku menulis tentang pengalamanku ketika pergi berlayar menuju Ternate dari kotaku Balikpapan dengan kapal KM Labobar Lah kok bisa ya naik kapal? emang liburnya berapa lama? terus kok bisa pas jadwal libur dengan jadwal kapal? Hehe akan kuceritakan asal muasal kenapa aku bisa pergi liburan dengan berlayar bersama KM. Labobar. Jadi pada akhir Januari 2019 itu aku sudah bisa libur selama 14 hari kalender (2 minggu).  Bingung kan mau libur pergi kemana. Mau pulang ke Samarinda ah terlalu sering dan sudah biasa. Gak perlu nunggu libur panjang kan aku bisa pulang ke Samarinda. Terus cek-cek lagi jadwal ke Bongao, Tawi-Tawi (Filipina) via Sandakan Malaysia kok menarik yaaa.. eh gak taunya dekat hari libur tiba-tiba di berita muncul kabar bahwa di daerah Sandakan khususnya Filipina bagian selatan lagi ricuh akibat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Filipina. Ada pengeboman rumah ibadah s

Balikpapan rasa Thailand, Mahavihara Buddha Manggala.

Arca Buddha Sukhotai yang di datangkan dari negara Thailand. Kala itu berawal dari rasa penasaran setelah sering melihat dari kejauhan dalam bis Balikpapan-Samarinda yang sering saya tumpangi, tampak samar-samar suatu bangunan menara berkilau emas diantara pepohonan dan hutan diruas jalan menuju kota Samarinda. Saat itu saya belum mengetahui jika tempat itu merupakan sebuah tempat peribadatan umat Buddhis, berbekal sepeda motor dan di pupuk oleh rasa keingintahuan yang besar, maka sore itu saya memutuskan mencari tahu apakah gerangan bangunan menara yang berkilau emas itu? Kebetulan tempat tinggal saya berada tidak jauh dari spot dimana saya suka melihat bangunan menara emas jika saya sedang dalam perjalanan menuju kota Samarinda. Berbekal sedikit informasi yang saya dapatkan, pelan-pelan saya menyusuri jalan menuju tempat misterius itu. Rasanya seperti lagi treasure hunt , sebentar-sebentar berhenti di pinggir jalan untuk mengamati apakah saya berada pada jalur yang benar

Jembatan Pulau Balang (Balikpapan-Penajam Paser Utara)

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman ketika berkunjung ke Pulau Balang, tempat dimana rencana-nya akan di bangun sebuah jembatan penghubung antara kota Balikpapan dan kab. Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Seperti yang kita ketahui Balikpapan ialah sebagai salah satu pintu gerbang masuknya orang maupun barang dari dan ke Kalimantan Timur. Hal ini terbukti dengan adanya fasilitas Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan & Pelabuhan Laut Semayang, walaupun secara administrasi kota Balikpapan bukanlah ibukota provinsi Kalimantan Timur melainkan kota Samarinda, namun banyak warga pendatang yang mengira bahwa kota Balikpapan ialah ibukota provinsi. Salah satu pesawat sedang parkir di dekat garbarata Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan Gedung Pelabuhan Semayang Balikpapan Singkat cerita, biasanya perpindahan barang & manusia dari kota Balikpapan-kab.Penajam Paser Utara menggunakan moda transportasi penye

Baju Barong Tagalog Pakaian Tradisional Pria Filipina

Barong Tagalog, pakaian pria nasional di Filipina. Sejarah :  Saat pendudukan lebih dari 300 tahun oleh Spanyol di Filipina (1561-1889) penduduk pria lokal Filipina wajib memakai baju yang sekarang dinamakan Barong Tagalog.  Barong Tagalog adalah baju pria berkerah yang tidak dimasukkan kedalam celana, tidak berkantung juga transparan / tembus pandang.  Baju ini dimaksudkan untuk mencegah orang Filipina menyembunyikan sesuatu dalam kantong bajunya, entah barang curian atau senjata tajam. Spanyol mewajibkan pemakaian baju ini kepada semua orang Filipina tanpa peduli tingginya jabatan mereka di masyarakat guna menunjukkan perbedaan antara orang Spanyol yang kaya raya dengan penduduk miskin Filipina.  Setelah Filipina merdeka, presiden mereka Manuel Quezon mempopulerkan pemakaian baju ini. Sebelumnya baju ini identik dengan kelas bawah. Ketika dipopulerkan oleh presiden dengan cara selalu memakai baju ini pada acara resmi kenegaraan maka baju ini pun semaki

Bangkok DMK (Don Mueang Airport)

DMK = Don Mueang Airport, Bangkok. Dari dan menuju Bangkok Thailand lewat jalur udara biasanya ada dua pilihan yakni melalui Bandara Suvarnabhumi BKK atau Don Mueang DMK. Kedua bandara ini sama-sama berada di Bangkok lantas bedanya apa? Nah bedanya : a. Bandara Suvarnabhumi BKK merupakan bangunan fasilitas bandara yang baru dibangun dan diperasikan beberapa tahun yang lalu dan hanya dapat didarati oleh penerbangan / maskapai non low budget carrier. Biasanya maskapai yang mendarat disini merupakan National Flag Carrier kayak Garuda Indonesia, Malaysia Airlines, Royal Brunei, Thai Airways dll. Penerbangan kelas premium lah ya. Ditambah bandara ini berada persis ditengah kota Bangkok dengan segala mode transportasi dari dan kesini sungguh beragam dan mudah didapat. Fasilitas dan sarana bandara juga paling terkini. b. Bandara Don Mueang DMK merupakan bandara Internasional tertua didunia dibuka bulan Maret 1914 dan juga di Asia tentunya. Awalnya Bandara ini merupak

Filipina sang kembaran nusantara terletak di utara Indonesia bagian 1.

Filipina, persis seperti di Indonesia Katedral Manila, statusnya sebagai  Minor Basilica  diluar Eropa. Going north why not?  Filipina.... Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata "Filipina"? Kalau saya sendiri sih lebih karena penasaran dengan Negeri yang berada di sebelah utara Indonesia. Manny Pacquiao, Rodrigo Duterte, Ferdinand Marcos, Imelda Marcos, Maribeth "Denpasar Moon" adalah sederet nama-nama yang melekat erat pada ingatanku hingga kini. Bendera Filipina berkibar dikota Manila Banyak yang bilang jika Malaysia & Indonesia merupakan satu rumpun alias memiliki akar yang sama, bahasa yang hampir sama, kebudayaan yang juga  bisa dibilang hampir sama dengan daerah di Sumatera. Namun kita sering melupakan atau bahkan bisa dibilang tidak begitu familiar dengan Filipina. Bagiku Filipina itu sendiri seperti Indonesia yang kedua, atau bahkan rasanya seperti masih berada di Indonesia. Manila, ibukota Filipina. Sejarah dulunya merupakan wilayah da

Berlayar dengan kapal KM. Labobar dari Balikpapan - Pantoloan - Bitung - Ternate (Part 2)

Selamat tinggal Pantoloan Halooo. Kembali lagi pada postingan lanjutan pengalaman pergi berlayar naik kapal Labobar dari Balikpapan-Pantoloan-Bitung-Ternate bagian ke-2. Bagi kalian yang belum membaca kisah ini di bagian ke-1 tentang awal mula kenapa aku memulai perjalanan ini? Silahkan klik link disini . Setelah semua penumpang sudah naik keatas kapal. Tiba saatnya kapal Labobar ini melanjutkan pelayarannya lagi menuju pelabuhan berikutnya yaitu Bitung! ohya sebagai informasi sekarang PT.Pelni menghapus layanan tiket kelas yang mendapat kamar. Semua dipukul rata menjadi kelas ekonomi. Hehehe aku sih senang-senang aja. Saat kapal mulai menjauh dari Pantoloan maka aku dan teman-teman baru yang kukenal tadi saling bercerita lebih lanjut sepanjang perjalanan.  Mulai dari pertanyaan basa-basi seperti nama siapa, asal darimana, mau kemana, tujuannya apa kesana, kerja apa dan pertanyaan-pertanyaan yang gak berbobot lainnya. Coba pertanyaannya tuh berbobot kayak : &

Perjalanan darat dari Jailolo ke Tobelo, Halmahera Barat, Maluku Utara

Jailolo ke Tobelo via darat. Setelah berhasil menyeberang dari pulau Ternate ke Jailolo di pulau Halmahera, maka selanjutnya untuk menuju ke Tobelo bisa dilakukan melalui jalur darat, melintasi areal luas yang hijau dengan sedikit permukiman di kiri-kanan jalan. Luasnya wilayah yang masih belum di jadikan permukiman semakin menambah kedamaian di tempat itu. Setelah lewat hutan-hutan eh tiba-tiba langsung disuguhi pemandangan seperti ini. Hai semua. Ketemu lagi pada postingan baru ini. Jadi ceritanya tuh waktu liburan di Jailolo di Halmahera Barat selama beberapa hari aku lanjut lagi ke kota Tobelo di Halmahera Utara. Aksesnya kalau dari Jailolo cuma bisa lewat darat.  Perjalanan darat dari Jailolo ke Tobelo ditempuh selama empat jam. Hehehe. Kalo kata warga lokal sih itu lama banget yah perjalanan darat itu tapi kalo buatku sih oke-oke aja. Malah gak kerasa lama tuh mungkin karena baru pertama kali menempun jalan darat kali ya. Jalan raya sudah sangat bagus loh. Le

Liburan di hulu sungai Mahakam, Kutai Barat Kaltim

Jembatan yang membelah pedalaman Sungai Mahakam. Ketemu lagi semuanya. Apa kabar kalian semua? Kali ini aku akan membagikan pengalaman masuk ke hulu sungai Mahakam, melawan arus menuju Melak, Kab. Kutai Barat Kaltim. Dulu banget waktu masih kecil dan tinggal di kota Samarinda aku sering mendengar yang namanya Melak atau kadang orang-orang Dayak asal Kutai Barat yang tinggal dan menetap di kota Samarinda selalu bilang istilah "pergi ke Hulu" kalau mereka mau pulang kampung ke Melak Kutai Barat. Nama "Melak" lebih familiar daripada nama "Sendawar", padahal sih sebenarnya ibukota kab Kutai Barat ialah Sendawar. Tapi entah kenapa orang-orang selalu mengatakan "mau pergi ke Melak" daripada "mau pergi ke Sendawar". Waktu itu aku sama sekali tidak ada bayangan akan mengunjungi Kutai Barat bahkan sekedar berkhayal pun tidak. Kebanyakan temen-temen atau tetangga saya yang orang Dayak waktu di kota Samarinda merupakan warga suku

Gerakan Jelantah 4 Change. Peduli Minyak Jelantah Balikpapan.

Sang pencetus ide Jelantah 4 Change. Minyak Jelantah..... Apa yang pertama kali kalian pikir ketika mendengar kata tsb? Yap.. Minyak Jelantah adalah minyak goreng yang telah terpakai untuk menggoreng makanan berkali-kali dengan ciri khas berbau tidak enak, gosong, berwarna gelap bahkan paling parah berwarna hitam. Minyak jelantah yang sudah dipakai menggoreng lebih dari 2x atau sudah dipakai menggoreng 1x dengan suhu yang panas dan waktu yang lama sebenarnya secara ikatan kimia sudah rusak. Minyak goreng sudah menjadi tidak sehat lagi. Ia berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi manusia seperti radang tenggorokan, batuk, gatal pada tenggorokan, kolestrol naik, pencetus darah tinggi, pusing sakit kepala dan paling parah sakit jantung. Hiiii serem kan? Mungkin untuk pemakaian pribadi masih bisa kita kontrol dengan cara selalu rutin mengganti minyak goreng yang sudah terpakai dengan yang baru. Memang sih lebih mahal karena lebih sering membeli minyak